Nosiala Pale, Tradisi Warga Desa Kaliburu Yang Tetap Terjaga

  • Whatsapp
Tradisi Nosiala Pale yang masih tetap dipelihara warga Desa Kaliburu, Kecamatan Sindue Tambusabora, Kabupaten Donggala.(sam/mediasulawesi.id)

DONGGALA–  Kebun milik warga di Dusun Silamolo Puncak, Desa Kaliburu, Kecamatan Sindue Tambusabora, Kabupaten Donggala mendadak ramai. Ada puluhan petani tengah berkumpul sembari menggenggam tombak seukuran satu setengah meter. Mereka bukan hendak berburu. Melainkan sedang bersiap menanam jagung secara gotong royong di kebun milik Samdan yang letaknya di lereng bukit tersebut. Berbeda di daerah lain yang umumnya menggunakan cangkul dalam menanam jagung.

Bagi masyarakat Desa Kaliburu, gotong royong ini disebut Nosiala Pale. Dalam bahasa Kaili berarti mengambil tangan. Namun arti sesungguhnya adalah sebuah tradisi gotong royong dalam menanam dan memanen hasil pertanian. Kearifan lokal ini masih tetap terjaga dengan baik oleh warga desa yang penduduknya dominan bekerja sebagai petani dan nelayan.

Dalam tradisi Nosiala Pale ini, warga secara beramai-ramai bekerja dengan membawa peralatan masing-masing. Mereka terlebih dahulu membersihkan lahan yang akan ditanami jagung. Setelah bersih, mereka mulai bekerja dan berbagi tugas. Ada yang menggali lubang untuk tempat memasukkan bibit jagung. Caranya sederhana, cukup menancapkan tombak ke tanah yang akan ditanami jagung. Lubang tancapan tombak tadi itulah kemudian diisi bibit jagung. Ada yang khusus bertugas mengisi bibit jagung rata-rata dua biji per lubang.

Pemilik kebun, Samdan menuturkan tradisi Nosiala Pale ini sudah dilakukan warga sejak lama dan turun temurun. Disebutkan, tradisi ini tidak hanya dilakukan untuk menanam jagung tapi juga menanam pagi atau mengolah lahan pertanian. ‘’Ini tradisi turun temurun dan sudah lama dilakukan warga di desa ini. Ini salah satu cara yang baik menjaga hubungan dan kerukunan hidup warga. Apalagi di desa ini dihuni warga  dari berbagai suku dan agama,’’ujarnya.

Tak butuh waktu lama, lahan milik Samdan seluas hampir 1 hektar itu selesai ditanami jagung. Menarik dalam tradisi ini pemilik kebun tidak memberikan upah atau gaji kepada warga yang membantunya. ‘’Cukup menyediakan kopi dan penganan serta makan bersama setelah pekerjaan selesai. Jadi mereka kita tidak kasih upah. Nanti kita gantian. Jika ada warga lain mau menanam, kita lagi yang bantu,’’pungkasnya.

Tradisi Mosiala Pale di Desa Kaliburu ini juga tengah dikembangkan Universitas Alkhairaat Palu melalui Program Kreativitas Masyarakat (PKM) Kemenristekdikti Tahun 2020 lalu. Masyarakat setempat tidak hanya didorong untuk melestarikan kearifan lokal tersebut sehingga kerukunan dan kedamaian di desa itu juga tetap terpelihara. Selain itu, Unisa Palu juga  membantu warga dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian atau kebunnya. ‘’Yah, selain menjaga kearifan lokal ini. Kita juga membantu warga dalam meningkatkan produktivitas hasil kebunnya dengan memberikan bibit unggul. Sehingga secara otomatis pendapatannya bertambah dan kesejahterannya meningkat,’’ujar Ridwan Laki, Ketua PKM Universitas Alkhairaat Palu kepada media ini, beberapa waktu lalu.(sam)

Pos terkait