MAKASSAR-Setelah sukses menggelar Bedah Buku yang berjudul Panglima Damai Poso, di Bima, NTB, Kota Palu dan Kabupaten Poso, Haji Muhammad Adnan Arsal, tokoh utama dalam buku tersebut, kembali hadir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan dalam acara yang sama, pada Rabu (9/2/22).
Kegiatan bedah buku kali ini diselenggarakan Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) yang bekerjasama dengan Kesbangpol Sulsel, di Ballroom lantai dua Hotel Mercure, yang dimulai sekitar Pukul 08.40 Wita. “Saya sangat mengapresiasi terselenggaranya diskusi dan bedah buku ini. Kita harus bangga dengan bapak Adnan Arsal selaku panglima damai Poso. Semoga berikutnya, akan lahir tulisan buku yang dapat mengikuti bapak Adnan Arsal,” ujar Muh Hasim dalam penyampaiannya, mewakili Gubernur Sulsel.
Selain Adnan Arsal dan penulis buku Khoirul Anam, H Muammar Muhammad Bakry dari DDI, Stafsus Kemenag RI Mohammad Nuruzzaman, Muh Najih Arromadloni mewakili MUI, dan Majdah M. Zain, sebagai narasumber, yang dimoderatori Muhammad Shuhufi. Sementara H M Alwi Nawawi sebagai keynote speaker.
Muh Najih Arromadloni sebagai Wakil Sekretaris Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI dalam kegiatan tersebut berpendapat bahwa buku Panglima Damai Poso mengupas tentang pahitnya konflik komunal di Poso.
Menurutnya, Kota Makassar merupakan daerah transit bagi para kelompok radikal, dimana kelompok itu berasal dari Bima, NTB transit di Makassar untuk selanjutnya ke Poso, dan tidak sedikit pula kejadian teror terjadi di Kota Makassar, seperti yang baru-baru ini kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.“Jadi dapat saya simpulkan bahwa di Makassar banyak bibit-bibit radikal yang dapat muncul kapan saja,” aku tokoh yang akrab disapa Gus Najih.
Gus Najih menilai dalam buku Panglima Damai Poso menjelaskan bahwa segala permasalahan tidak boleh diselesikan dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara diskusi, dikarenakan H Muhammad Adnan Arsal yang berasal dari DDI, dan tentunya mencontoh akhlak dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Dalam acara tersebut, penulis buku Khoirul Anam juga menjelaskan, Haji Adnan diangkat sebagai panglima perang umat muslim di Poso, bukan karena dirinya menulis, melainkan dari masyarakat Poso.“Tetapi yang saya ketahui beliau tidak pernah memimpin perang dikonflik Poso, melainkan mengajak seluruh kalangan untuk berdamai dengan bebagai cara komunikasi diantaranya dengan berdiskusi,” tandas Khoirul Anam.
Kegiatan yang berakhir hampir pukul 13.00 siang itu, sempat diisi dengan pemutaran video biografi H Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso, dan ditutup dengan penyerahan sertifikat dari panitia kepada narasumber, yang dilanjutkan foto bersama narasumber dan peserta yang hadir.
Turut hadir dalam bedah buku tersebut, antara lain Irwasda Polda Sulsel, Kombes Pol Ai Afriandi, Ketua Pengadilan Tinggi Agama Sulsel H Machmud Rachimi, Kakanwil Agama Provinsi Sulsel Kaswatsartono, dan Kasat Intel Restabes Makassar Kompol Muh Idris.(sam)