Amrin Lamatolo,Pejuang Pendidikan Non Formal Sulteng

  • Whatsapp
Amrin Lamatolo,Pimpinan P2K Yudha Bhakti.(ist)

MERAIH kesuksesan tak melulu diperoleh dari level pendidikan formal yang tinggi. Tak sedikit orang termasuk di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu yang sukses meski hanya melalui pendidikan non formal. Yah, tentu tak lepas dari peran pengelola lembaga pendidikan non formal dengan berbagai jenis keterampilan.Salah satu perintis dan pejuang lembaga pendidikan non formal itu adalah Amrin Lamatolo,S.Sos.

Pria kelahiran Bunta, 29 April 1972 ini sudah 15 tahun memperjuangkan pendidikan non formal di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu. Yah, melalui Pusat Pendidikan Komputer (P2K) Yudha Bhakti yang dipimpinnya sejak 2004, sudah menelorkan lebih 2000 alumni yang kompeten di bidang komputer. Mereka kini tersebar dan bekerja di berbagai dunia usaha, selain ada juga yang bekerja di instansi pemerintahan. Sebelum menangani P2K Yudha Bhakti, Amrin menjadi staff di Widyaloka sejak 1995-2001.

Tidak hanya di Kota Palu, Amrin juga memimpin sebuah lembaga kursus dan pelatihan (LKP) di Bunta,Kabupaten Banggai yakni LKP Javasloka. Kedua lembaga yang dipimpinnya itu bahkan sudah terakreditasi A dan B dari BAN PAUD dan PNF.

Menekuni pendidikan non formal memang diakui Amrin memiliki banyak tantangan dan kendalanya. Meski hal itu tak membuat semangat dan dedikasinya menurun. Separuh waktunya dikorbankan untuk mengurus lembaga dan organisasi yang dipimpinnya.Di Kota Palu saat ini terdapat sedikitnya 150 lembaga pendidikan non formal dengan berbagai jenis keterampilan. Banyak lembaga yang maju dan berkembang dan telah terakreditasi. Meski tak sedikit pula lembaga tersebut yang tidak aktif.

Untuk memotivasi semua pengelola lembaga non pendidikan tersebut agar  bisa survive dan berkembang, Amrin pun merangkulnya dan bergabung dalam organisasi Forum Pengelola Lembaga Kursus dan Pelatihan (PLKP) yang dibentuk sejak akhir 2017 lalu. Saat ini, Amrin juga dipercaya menjadi Ketua DPD Forum PLKP Provinsi Sulawesi Tengah. Organisasi ini mewadahi ratusan lembaga pendidikan non formal yang bergerak di berbagai jenis keterampilan. Amrin memang cukup dikenal dan dekat dengan para pimpinan/pengelola lembaga LKP.

Lewat organisasi ini,alumni FISIP Universitas Tadulako ini mampu memberikan motivasi para pejuang-pejuang pendidikan non formal lainnya.Dengan mengandalkan dana swadaya, Amrin dan rekan-rekannya bisa melaksanakan banyak kegiatan terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya pengelola lembaga. Belum lagi kegiatan-kegiatan sosial yang menjadi program rutin FPLKP maupun yang sifatnya kerjasama dengan pihak lain,termasuk pemerintah daerah.Forum PLKP sendiri telah menjadi mitra pemerintah saat ini.

Amrin juga mengakui kalau selama ini dukungan pemerintah daerah di Sulawesi Tengah maupun Kota Palu dalam pengembangan pendidikan non formal masih sangat kurang. Tidak hanya dukungan dana tapi juga dalam bentuk apreasiasi terhadap kinerja lembaga maupun pengelolanya. Ia membandingkan daerah lain yang memberikan penghargaan terhadap pengelola pendidikan non formal yang berprestasi apalagi mengharumkan nama daerahnya. ‘’Karena kita juga banyak memiliki hasil karya yang berprestasi namun selama ini belum mendapatkan apreasi dari pemerintah. Apalagi pengelolanya. Beda dengan pendidikan formal yang alokasi dananya besar. Ada penghargaan setiap tahun terhadap guru dan siswa teladan atau berprestasi,’’terangnya kepada mediasulawesi.id, Rabu (17/11/2021)

Untuk itu, lelaki yang gemar olahraga bersepeda dan bulutangkis ini berharap kepada pemerintah daerah dan wakil rakyat sekiranya bisa membantu dan memberikan perhatian juga kepada sektor pendidikan non formal di Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu. Ditambahkan, peran pendidikan non formal sangat besar membantu pemerintah terutama dalam mengurangi angka pengangguran yang setiap tahunnya bertambah. Melalui jalur pendidikan non formal, bisa memberikan modal pengetahuan dan keterampilan untuk membuka lapangan kerja atau berwirausaha. (*)

Pos terkait