Suatu pagi, ketika menyusuri kota Palu, saya berpapasan seorang bapak dengan raut wajah tegar yang tak lagi muda mendorong gerobak berjalan kaki mencari sampah kardus, gelas dan botol plastik yang akan dijual untuk kebutuhan hidupnya. Langkahnya tak lagi tegap, namun matanya nampak awas disekitar jalan yang ditelusurinya. Digerobak sang bapak itu, tertulis kalimat lugas dan tegas “Sampahmu, Hidupku”. Saya tertegun, menarik nafas panjang, menghirup udara kota Palu pagi itu dengan seikhlas-ikhlasnya, lalu menyapa dan menyalami dan izin untuk mengambil gambar diri dan gerobaknya. Dan dari tulisan gerobak itu saya terinspirasi menulisnya dengan judul yang sama.
Potret sang bapak dan kalimat lugas di gerobaknya memberi banyak makna dan memberi solusi bagi banyak sampah plastik di kota Palu. Sang bapak itu tidak membutuhkan lebih dari kita, yang dibutuhkan sampah kita. Sampah bagi kita hidup bagi sang bapak. Kalau saja setiap warga kota Palu punya kesadaran yang sama untuk mau memilah dan memilih sampah rumah tanggahnya untuk sang bapak, tentu akan memudahkan bagi sang bapak. Dan jenis-jenis sampah sang bapak butuhkan sesungguhnya banyak kita produksi di rumah tangga seperti botol plastik, gelas air mineral, kardus dan kertas bekas.
Sang bapak dan kawan pemulung yang lain sesungguhnya merupakan bagian penting dari mata rantai daur ulang sampah di kota ini. Melalui kerja yang dilakukan sang bapak dan kawan-kawannya, setidaknya 33 persen menurut penelitian sampah plastik dan kertas dapat didaur ulang menjadi bahan baku industri. Dan Sang bapak dan kawan pemulung itulah yang membuat kita tidak perlu terlalu khawatir akan sampah plastik yang tidak dapat terdaur ulang secara alami hingga lebih 100 tahun. Sang bapak itu jugalah yang telah menutupi ketidakdisiplinan kita karena kerap semaunya dalam menggunakan bahan-bahan plastik dan karib membuang sampah plastik seenaknya.
Memang benar bahwa sang bapak rela berpanas menelusuri kota ini demi mencari penghasilan, seperti kalimat digerobaknya “Sampahmu, Hidupku”, namun yang tidak boleh dilupakan adalah apa yang sang bapak itu kerjakan memberikan dampak positif bagi orang lain dan lingkungan. Bahkan dengan penghasilan yang sedikit, mereka rela mempertaruhkan harga diri dan kesehatan fisiknya. Menurut Costas Velis, peneliti dari Leeds University, tanpa sang bapak itu dan kawan pemulung lainnya, maka warga kota mempunyai masalah besar dalam menangani sampah plastik. Dan peran sang bapak dan kawan pemulung itu juga, maka limbah plastik yang masuk ke dunia akuatik tidak lebih besar.
Begitu nikmat hidup ini, bila kita ingin berbagi, dan di antara kita terdapat banyak orang yang berjasa yang mungkin masih belum kita beri perhatian dengan layak. Kalimat digerobak itu “Sampahmu Hidupku” seakan mengingat kita kembali, bahwa ada sang bapak itu yang berjasa, hanya butuh yang sederhana bahkan tak ternilai dari kita yaitu sampah. Jika kita sama-sama peduli dengan kota ini, maka mari jaga lingkungan dan mari membantu sang bapak dengan kawan pemulung lainnya. Sekali lagi sang bapak itu adalah bagian penting dari mata rantai daur ulang sampah di kota ini. Peran sang bapak dan kawan pemulung itu sangat penting. Namun mereka membutuhkan dukungan kita. Kita bisa membantu mereka dengan sampah yang kita punya. Dan jika kita sungguh-sungguh ingin membantu lebih, maka bersihkan dan pisahkan sampah-sampah yang kita hasilkan. Ketika sampah sudah dibersihkan dan dipisahkan, sebagaimana dikatakan pengamat persampahan bahwa sang bapak dan kawan pemulung itu akan memperoleh keuntungan hingga 25 persen lebih besar. Dengan perilaku baik itu, suatu kebahagian bila kita bisa membuat sang bapak dan kawan pemulung lainya itu tersenyum. Mari sedikit peduli terhadap sang bapak dan kawan pemulung yang selama ini termarginalkan dan memberikan apresiasi setingginya atas jasa mereka yang sangat membantu dalam menjaga kota ini dari limbah plastik, sebagai ujung tombak pemilah dan pendaur ulang sampah plastik dan sampah kertas lainnya.
Akhir kalam, semoga kita terus peduli dan selalu menjadi bagian dari senyum pagi sang bapak itu, membantu dan mengangkat harkat mereka. Dan semoga bantuan kita untuk memilah dan memilih sampah untuk sang bapak itu, maka kalimat digerobaknya itu akan tergantikan dengan kalimat menarik dengan penuh harap “Doaku selalu untukmu, semoga hidupmu selalu dimudahkan”.(Dr.H. Kasman Jaya, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)