BMKG Sebut Dampak La Nina Di Sulteng Tidak Signifikan

  • Whatsapp
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Eka Trimas Widyatmoko.(windy/mediasulawesi.id)

PALU- Menanggapi Fenomena La Nina Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Eka Trimas Widyatmoko, menjelaskan, fenomena La Nina 2021/2022 diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang setidaknya sampai Februari 2022.

Menurutnya, daerah di Provinsi Sulawesi Tengah secara umum masuk non zom atau daerah yang tidak mempunyai batas jelas antara periode musim hujan dan musim kemarau sehingga dampak La Nina tidak terlalu signifikan. Karena biasanya yang paling terkena dampaknya adalah daerah-daerah yang memiliki musim.

Meskipun begitu, masyarakat diminta berhati-hati dan tetap waspada terutama untuk daerah-daerah yang rawan banjir dan tanah longsor.“Untuk daerah-daerah yang berpotensi terjadi banjir dan tanah longsor diimbau agar warga berhati-hati dan lebih waspada. Bagi para pengendara agar mengurangi berkendara di malam hari untuk daerah yang rawan longsor,” jelas Eka kepada Media sulawesi.id, Selasa(26/10/2021).

Eka mengatakan, La Nina merupakan anomali atau penyimpangan suhu permukaan laut di wilayah samudera pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya. Penyimpangan itu mengakibatkan suhu permukaan laut di wilayah pasifik bagian barat termasuk indonesia menjadi lebih hangat hingga menyebabkan perbedaan tekanan dan peningkatan angin pasat timuran serta kondisi ini telah berlangsung selama beberapa bulan.

Secara global, La Nina mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan di wilayah pasifik barat termasuk indonesia. Dampaknya di wilayah indonesia yaitu peningkatan intensitas curah hujan 20 hingga 40 persen terutama saat memasuki musim penghujan.

“Fenomena La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan di indonesia udaranya menjadi lebih dingin dan curah hujan menjadi lebih tinggi daripada biasanya. Fenomena ini berdampak meningkatnya curah hujan di sejumlah wilayah indonesia yang telah ditetapkan oleh BMKG sehingga menyebabkan daerah-daerah itu berpotensi banjir dan tanah longsor. Siklus terjadinya fenomena La Nina sekitar empat sampai lima tahun sekali dan saat terjadi bisa bertahan hingga dua sampai tiga bulan,” tutupnya. NDY

Pos terkait