Kaum Hawa di Tondo Menyulap Limbah Bernilai Rupiah

  • Whatsapp
kaum perempuan di Kelurahan Tondo, Kota Palu yang menyulap limbah botol plastik minuman air mineral menjadi rupiah. (ist)

PALU,-Wabah pandemic yang masih tersebut berlangsung memberi dampak signifikan bagi sector perekonomian. Kondisi ini membuat warga harus lebih kreatif dan produktif dalam bekerja sehingga bisa tetap menunjang kehidupannya. Seperti halnya yang dilakukan kaum perempuan di Kelurahan Tondo, Kota Palu yang menyulap limbah botol plastik minuman air mineral menjadi rupiah.

Melalui tiga kelompok yang terdiri dari Perempuan Adipura Kota Palu, PKK Kelurahan Tondo dan Kelompok Forum Anak, mereka berkreasi dengan memanfaatkan limbah botol plastic bekas.

Koordinator Pembuat Kerajinan, Fadlunkepada media ini menjelaskan, adapun cara pembutan itu dengan memasukan kain atau kertas ke dalam botol bekas. Itu dilakukan agar botol tersebut padat, dan mampu menahan beban.Kemudian 19 botol itu disusun hingga membentuk lingkaran, lalu diikat dengan erat. Setelah itu, lalau di atasnya dilapisi kain yang sudah dijahit dengan busa atau spon.“Kalau bahan kain bekas kami dapat dari tukang jahit, sedangakan kertas kami peroleh dari tempat foto copy atau kantor-kantor kelurahan,” jelas Fadlun,Senin (13/9/2021).

“Bahan itu kami gunakan, agar tempat usaha foto copy atau kantor-kantor tidak membakar kertas, karena itu akan membut polusi,” tambahnya.

Adapun produksi kerajinan tiga kelompok itu juga sudah dipasarkan dalam Kota Palu, melalui media sosial. Kisaran harga antara Rp 75 ribu hingga Rp 150 ribu, sesuai dengan ukuran.“Kami berharap dengan kerajinan ini, bisa juga menjadi penghasilan bagi ibu-ibu yang kami bina khususnya, apalagi di masa pandemi saat ini,” ujar Fadlun.

Fadlun juga mengatakan, kegiatan membuat tempat duduk dari botol plastik bekas tersebut telah berjalan dua bulan. Itu merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan dari pencemaran sampah.Adapun ilmu diperoleh dalam membuat kerajinan itu, melalui pelatihan oleh mahasiswa Kesehatan Kampus, Universitas Tadulako (Untad).“Kami dilatih selama tiga hari, dan saat pelatihan juga kami diberikan alat-alat pembuatanya,” kata Fadlun.

Ditambahkan, bahan diperoleh untuk membut kerajinan itu, dengan turun langsung ke lingkungan rumah warga. (NDY)

Pos terkait