Momentum Hari Arsip Nasional, KHST Pamerkan 200 Arsip Sejarah Kota Palu

  • Whatsapp
Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) memamerkan sedikitnya 200 (dua ratus) arsip sejarah Kota Palu, Kamis (18/5/2023) siang.(syahrul/mediasulawesi.id)

PALU – Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) memamerkan sedikitnya 200 (dua ratus) arsip sejarah Kota Palu, Kamis (18/5/2023) siang. Pameran arsip tersebut dirangkaikan pula dengan diskusi terkait sejarah Kota Palu dalam rangka memperingati hari Buku dan Arsip Nasional. Puluhan pegiat sejarah, budayawan, seniman, bahkan penulis berkumpul di Gedung Juang, Jalan Cempaka, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu untuk turut memperingati moment tersebut.

Tampak usang, arsip-arsip tersebut merupakan sisa-sisa Pemerintah Belanda di masa 1930an lalu bahkan ada pula tahun 1880an. Adapun arsip-arsip tersebut diantaranya berupa surat perjanjian, surat kabar, bahkan foto-foto di masa Pemerintahan Belanda.

Arsip-arsip itu sendiri dikumpulkan atas inisiasi murni para pegiat sejarah KHST. Dimana, sebagian besar diantaranya didapatkan dari bekas Kantor PU Donggala pada masa Pemerintahan Belanda lalu. “Itu yang sangat miris, tapi teman-teman kemudian sudah melakukan restorasi dan reservasi arsipnya,” ujar Koordinator Komunitas Historia Sulawesi Tengah, Mohammad Herianto, kepada media ini, Kamis (18/5/2023) siang.

Adanya arsip tersebut tentunya dapat menambah bukti-bukti sejarah di masa lalu, sehingga semua sejarah yang ada di Kota Palu saat itu dapat terjawab. “Arsip ini akhirnya menjawab semua sejarah-sejarah seperti sejarah Kota Palu,” tandas Herianto.

Ia berharap kiranya seluruh elemen khususnya para generasi muda untuk dapat menjadikan sejarah sebagai suatu hal yang sangat penting untuk dilestarikan, menurutnya, adanya masa kini tentu pengaruh dari adanya masa lalu.  “Harusnya kita menengok ke belakang juga, kini itu ada karena kemarin, hari ini ada karena sejarah yang lalu,” sebutnya.

Sementara itu, Pegiat Literasi, Jamrin Abubakar, mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat akan kearsipan yang tidak turut didorong oleh Pemerintah menjadi suatu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian, kata dia, itulah yang menyebabkan sehingga arsip-arsip itu sendiri akhirnya tak bisa terkumpulkan secara maksimal. “Ini tidak menjadi program prioritas, sehingga arsip-arsip penting yang ada di perorangan itu tidak terkumpul, kalau kesadaran macam ini turut didorong oleh Pemerintah itu pasti arsip-arsip Kota Palu akan lebih banyak,” jelasnya.

Kepala Bidang Komunikasi Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Sulawesi Tengah, Hasyim, membeberkan, kini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah saat ini tengah menggagas 3 (tiga) prioritas sejarah, diantaranya Sulteng Negeri 1000 Megalith, Wale Silaen, dan Kubur Imam Sya’ban. “Karena ini bermuatan sejarah, kebudayaan, dan pariwisata. Dan ini bisa mengangkat level Sulteng, bahkan bisa merubah sejarah Indonesia,” bebernya.

Lebih lanjut, giat dilanjutkan dengan Jelajah sejarah beberapa spot Onder Afdeeling yang ada di Palu saat itu,  dengan memutar sekitaran Taman Nasional saat ini. Spot tersebut diantaranya seperti rumah Bapak Jalaludin Abdullah, bekas kantor Controleur, sekolah pribumi, dan rumah Raja zelfbestuur.(SCW)

Pos terkait