SIGI-Bencana gempa bumi,tsunami dan likuifaksi yang melanda kota palu dan kabupaten sigi/28 september 2018 silam masih menyisahkan jejak .Salah satunya likuifaksi yang terjadi di kelurahan Lolu,Kecamatan Sigi Biromaru,Kabupaten Sigi. Di lokasi yang dulunya pemukiman dan areal persawahan ini, kini menjadi sebuah destinasi wisata yang baru dan disebut taman likuifaksi.
Sejak dua bulan terakhir ini, obyek wisata Taman Likuifaksi di Kelurahan Lolu, Kabupaten sigi ramai dikunjungi warga.Tak hanya dari kabupaten Sigi dan Kota Palu. Pengunjungnya bahkan datang dari luar kota. Yah, mereka tak hanya ingin menikmati suasana tempat wisata tersebut tapi juga penasaran melihat langsung bekas tanah likuifaksi dan puluhan pohon jati yang masih berdiri kokoh meski sudah kering.
Puluhan pohon jati di areal seluas satu hektar ini memang tidak sengaja ditanam warga di tempat itu.Pohon tersebut terbawa tanah yang mencair hingga puluhan meter saat terjadi gempa bumi dan likuifaksi,28 september 2018 silam.Semula lokasi tersebut merupakan areal persawahan warga.Sejak bencana yang merenggut lebih lima ribu warga,praktis lokasi itu tak digarap lagi.
Hingga akhirnya sekelompok anak muda di Kelurahan Lolu memunculkan ide dan menjadikan lokasi itu sebagai destinasi wisata. Leonard,salah seorang penggagas ide kreatif itu mengatakan kalau lokasi itu resmi digunakan sebagai tempat wisata sejak 28 September 2020 lalu,tepat dua tahun bencana kemanusiaan itu terjadi. ‘’Kami pemuda disini sepakat bekerjasama melakukan usaha yang bisa menghasilkan sesuatu meski kecil-kecilan,’’ujarnya.
Ia bersama rekan-rekannya patungan untuk menyulap lokasi tersebut menjadi sebuah destinasi wisata. Di lokasi itu kini disiapkan sarana bermain dan bersantai sembari berswafoto bagi anak-anak dan dewasa.Ada pula gazebo-gazebo yang bisa dijadikan tempat ngobrol dan kegiatan lainnya.Meski baru dua bulan beroperasi namun lokasi itu sudah ramai dikunjungi warga. Harga tiket masuk cukup murah. Hanya merogoh kocek Rp5 ribu, pengunjung bisa menikmati sepuasnya suasana dan sarana untuk santai. Serta melihat foto-foto bangunan rumah dan tempat ibadah yang ambruk akibat gempa dan ditempel di pohon-pohon.
Salah seorang pengunjung dari Kota Palu,Eva mengaku senang bisa berkunjung ke lokasi wisata tersebut. Ia bersama keluarganya tak hanya berekreasi tapi juga melihat langsung bukti terjadinya likuifaksi 28 September 2018 silam. ‘’Saya senang bisa datang ke tempat ini bersama anak-anak. Pemandanganya bagus,’’ujar karyawan salah satu perusahaan swasta tersebut.
Melihat tingginya animo pengunjung,pengelola taman likuifaksi kini membuka pelayanan hingga malam hari. Selain itu,pengelola menawarkan lokasi itu sebagai tempat kegiatan lain seperti diskusi,uang tahun maupun arisan.(syamsuddin)