Selasa kemarin (18/1/2022), saya dan Pak Dr.Ir.Alimuddin Paada,M.P., beliau adalah akademisi sekaligus sebagai politisi, bersama, menjadi nara sumber Dialog Publik kegiatan Mahasiswa Pertanian Universitas Alkhairaat Palu yang bertajuk “ Eksistensi Pertanian Di Era Global”. Banyak hal menarik dari dialog itu yang coba saya sarikan dalam tulisan ini.
Pada dialog itu kami tidak hanya bicara soal tema bagaimana pertanian di era global, terlebih adanya disrupsi perubahan iklim, namun juga banyak memberi motivasi kepada mahasiswa, yang memang peserta dialog kebanyakan adalah mahasiswa pertanian. Bahwa pertanian akan selalu hadir dan diperlukan selama ada kehidupan. Soalnya adalah bagaimana pertanian itu kemudian dilirik dan digemari orang-orang muda, orang-orang milineal, terlebih bagi mereka yang punya pengetahuan pertanian (mahasiswa pertanian). Tantangan seperti itu harusnya lebih penting untuk dijawab, mengingat yang banyak ditemukan di lapangan sekarang ini adalah mereka yang usia tua (aging farmer). Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut hal itu akan mengancam ketahanan pangan nasional serta keberlanjutan sektor pertanian di negeri ini.
Problem yang kita hadapi sekarang bahwa pertanian sering kali hanya dipahami dan dimaknai sempit, hanya sebagai kegiatan on farm, hanya proses atau kegiatan menambah produksi pertanian an sich dan kebijakan pemerintah di sektor pertanian pun selama ini bias ke arah pemahaman sempit itu. Padahal sektor pertanian sesungguhnya bukan hanya dalam konteks kegiatan on farm semata, melainkan agribisnis secara luas mencakup kegiatan pertanian hulu sampai hilir, termasuk jasa penunjangnya.
Dan keengganan anak muda, termasuk mahasiswa pertanian bekerja di sektor pertanian juga dilihat dari sudut pandang pertanian sebagai kegiatan produksi on farm. Sektor pertanian bagi anak muda secara umum seringkali dipersepsikan sebatas kegiatan on farm yang kurang menarik, pelaku harus bekerja di bawah terik matahari dan kotor dengan sumber daya lahan terbatas. Publikasi tentang pertanian lebih banyak menampilkan berita tentang kegagalan pertanian seperti gagal panen, adanya serangan hama penyakit tanaman, banjir, kekeringan, yang secara tidak langsung menjadi kampanye hitam bagi anak muda, khususnya mahasiswa pertanian.
Maindset tersebut coba kami luruskan dalam dialog itu dan perlu mengubah persepsi pertanian yang kotor, kumuh,sulit, dan berisiko tinggi menjadi pertanian yang berteknologi, menjanjikan dan bergengsi. Maindset baru bahwa bertani itu hebat, bukan hanya karena negeri ini memang dikenal sebagai negeri agraris, dimana sektor pertanian berpengaruh besar dalam menunjang ketahanan pangan nasional, stabilitas nasional, serta penghasil devisa negara namun juga sangat menjanjikan profit yang luar biasa bila ditekuni dengan baik dan bersungguh-sungguh. Bekerja sebagai petani juga merupakan suatu karir dan akan diperoleh reward yang memadai. Banyak cerita heroik dan memotivasi yang Dr Alimuddin Paada sampaikan, ketika beliau terlibat secara intens di dunia pertanian, ”Hanya takdir membawa saya menjadi politisi, karena saya belajar pertanian (doktor pertanian) dan menghabiskan banyak waktu di dunia pertanian, saya mendapat banyak keuntungan ketika itu, bertani dan menjual hasil pertanian yang sungguh memberi banyak manfaat dan keuntungan. Pada saat kawan saya masih naik motor “peko-peko” waktu itu, saya sudah naik mobil, itu semua karena pertanian, jadi bertani itu sangat menjanjikan, kita harus melihat produk pertanian sebagai bagian dari kebutuhan manusia yang tidak pernah berakhir dan marketnya jelas, selalu ada selama ada kehidupan, jadi jangan membiarkan lahan-lahan yang ada itu nganggur, kelolah, ayo tanami, kalian sudah punya ilmunya, tinggal praktekkan saja, karena hasilnya pasti menguntungkan, apalagi kalian bisa mentrasfer pengetahuannya ke petani itu sangat membantu, dan itu pernah saya lakukan, saya tidak mengalami kesulitan dalam soal ekonomi, karena ada-ada saja petani yang bagi hasilnya bila telah panen” pungkas Pak Alimuddin. .
Sebagai anak muda, sebagai anak milineal, tentu saja sangat akrab dengan revolusi informasi yang terjadi saat ini. Artinya dengan kemajuan teknologi akan lebih memudahkan untuk berselancar di dunia maya untuk mengikuti perkembangan dunia pertanian dan melakukan eksplorasi hal-hal baru. Kegiatan on farm (budi daya) saat ini juga sudah sangat maju, penggunaan mekanisasi pertanian dalam meningkatkan produksi sudah jamak dilakukan petani. Jadi sudah tidak kumuh dan kotor lagi, sudah lebih bergengsi, terlebih bila kalian terlibat dalam pengembangan agroindustri melalui penggunaan teknologi industri, tentu lebih menghasilkan final product dengan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Jadi tunggu apalagi anak muda. Ayo bertani.(Dr. H. Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)