PALU- Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Sulawesi Tengah, bersama Perkumpulan Aksi & Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) menyerahkan petisi penolakan pembuangan limbah tailing ke laut Morowali dari industri nikel baterai serta mendesak pemerintah mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan energi terbarukan pada industri nikel baterai. Rabu (13/10/2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), menunjukkan bahwa adanya potensi dampak lingkungan dari rencana pembuangan tailing ke laut dalam (Deep-Sea Tailing Placement atau DSTP) yang dipilih sebagai metode untuk menekan biaya operasi industri nikel.
Selain itu industri nikel baik di Morowali (Sulawesi Tengah) maupun Weda (Maluku Utara) masih memanfaatkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara sebagai sumber energi utama yang notabene adalah sumber polutan dan penyumbang emisi karbon. Kordinator AEER, Pius Ginting mengatakan dalam Komitmen iklim Presiden Tiongkok Xi Jinping bahwa Republik Rakyat Tiongkok, tidak lagi membangun PLTU baru diluar negeri.
Perlu dikonkritkan dengan mengungkapkan informasi ke publik tidak lagi penambahan PLTU baru di kawasan industri nikel terkait investasi Tiongkok di Sulteng. Serta mengupayakan dalam waktu dekat menggantikan PLTU yang telah beroperasi dengan energi terbarukan. “Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, perlu mendorong industri nikel untuk tidak menjadi pusat emisi gas rumah kaca karena, akan berdampak buruk bagi citra nikel baterai asal Sulteng,” ucapnya.
Selain itu, Koordinator Pelaksana Jatam Sulteng, Moh. Taufik menyatakan akan mendorong hilirisasi nikel bukan berarti tanpa pekerjaan rumah baru, rekam jejak lingkungan industri nikel di darat hendaknya tidak diperluas ke laut. Bahkan, Tiongkok sendiri tidak menerapkan pembuangan limbah tambang ke laut di negerinya.
Mereka berharap ada komitmen keragaman hayati dari pemerintah Tiongkok sebagai tuan rumah Konferensi Keragaman Hayati PBB, yang berlangsung di Kunming, Kota di bagian barat daya China pada bulan Oktober ini. “Kami berharap berlangsungnya konferensi Keanekaragaman Hayati ini di tiongkok, juga dibarengi dengan komitmen pemerintah tiongkok, untuk tidak melakukan pembuangan limbah tambang ke laut dari investasinya di luar negeri seperti di Sulawesi Tengah yang akan merencanakan pembuangan limbah tailing di wilayah laut Morowali,” tutur Taufik. (Enos)