PALU- Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Tani melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sulawesi Tengah, Jumat (24/9/2021) siang. Mereka menolak segala bentuk perampasan lahan, kekerasan dan kriminalisasi terhadap petani serta perampasan tanah adat.
Aksi belasan pengunjukrasa ini juga bertepatan dengan Hari Tani Nasional dengan tema “Wujudkan Reforma Agraria Sejati” . Koordinator Aksi, Edi dalam orasinya menyerukan sejumlah tuntutan para petani. Selain penolakan perampasan lahan dan kriminalisasi, mereka juga menolak kegiatan pertambangan dan pemberian akses pasar kepada petani. Selain itu, Edi juga meminta input pengetahuan pengelolaan pertanian dan teknologi guna mendorong pertanian yang berkelanjutan
Dikatakan, saat ini yang terjadi adalah masalah gender, dimana laki-laki di beri upah lebih tinggi dari pada perempuan.”Dari dulu hingga sekarang kalau di sektor pertanian, perempuan dan laki-laki pasti gajinya berbeda, kalau yang perempuan di misalkan di beri Upah Rp.60 ribu sehari kalau laki-laki di beri upah Rp.100 dalam sehari.”tegasnya.
Ia menambahkan Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura telah berjanji kepada serikat petani-petani di daerah katu bahwa dirinya akan menyurati petani terkait dengan taman Nasional. “Di katu itu sekitar 95% sawah-sawah nya di isikan tapal batas. Kebun-kebun coklat bahkan lapangan juga kena tapal batas, dan untuk daerah katu sendiri berdiri dari tahun 1918 taman nasional masuk dan merampas lahan petani pada tahun 1996 .”imbuhnya
Untuk itu ia berharap agar kedepannya, Pemerintah bisa memberikan akses jalan serta lahan pertanian yang luas, dan juga memberikan fasilitas seperti alat traktor dan juga mesin paras. (NDY)