KELANGKAAN dan mahalnya pupuk di Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat masih selalu menjadi masalah yang tak pernah tuntas dialami para petani. Biaya pembelian pupuk kadang tak sebanding dengan hasil produksi padi mereka. Tak hanya padi tapi juga hasil kebun mereka. Padahal mayoritas penduduk Kabupaten Pasangkayu masih menggantungkan hidup dari hasil pertanian dan perkebunan.
Laporan : Egi Sugianto
Kondisi inilah yang menginisiasi Gusno (51), warga Desa Pedanda, Kecamatan Pedongga, kabupaten Pasangkayu untuk menciptakan pupuk organic. Yang menarik karena bahan bakunya adalah kotoran sapi. Bagi masyarakat awam, kotoran sapi tentunya merupakan barang yang selain bau, menjinjikkan, juga mencemari lingkungan.
Namun tidak bagi Gusno. Pria asal Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur ini malah menyulap kotoran sapi tersebut menjadi sebuah pupuk yang berfungsi untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Solusi tepat bagi para petani di tengah kelangkaan pupuk serta krisis ekonomi akibat pandemic covid-19. Apalagi warga Pasangkayu memiliki banyak hewan ternak sapi.
Gusno telah membuktikan di mata ribuan pendudukan Kabupaten Pasangkayu, bahwa dari kotoran ternak sapi bisa digunakan sebagai produk alami tepat guna.Dari temuannya itu juga mendorong Gusno, untuk membentuk Kelompok Tani Sejahtera di kampung halaman pedalaman Desa Pedanda, yang berjarak 17 Kilo Meter dari Ibu Kota Kabupaten Pasangkayu.
Di atas tanah seluas 1 Hektare, Gusno awalnya beternak sapi biasa-biasa saja seperti masyarakat umumnya. Bermodalkan pengetahuan dari salah satu Professor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar di Bidang Nutrisi, saat bekerja sama di PT Sampewali Kendari, dijadikan sebagai pendorong semangat memulai pengembangan dan penggemukan sapi itu.
Seiiring berjalannya waktu, ternyata Gusno, terus-terus dipusingkan banyaknya limbah yang dihasilkan dari kotoran sapi peternakan miliknya tersebut, sehingga segera berfikir untuk pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik. “Kalau saya asalnya dari Bayuwangi, Jawa Timur, saya datang di Pasangkayu merantau di tahun 1992. Jadi kurang lebih saya sudah 30 tahun di Pasangkayu ini,” ucap Gusno, memperkenalkan diri ke wartawan di kandang peternakan Kelompok Tani Sejahtera Pedanda, Minggu (8/8/2021).
Diceritakan, bahwa dirinya juga tidak kepikiran kalau nantinya akan berhasil mengolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. “Awalnya kita beternak saja, untuk mengolah limbah menjadi pupuk itu belum. Karena saya semakin hari-semakin banyak kotoran, saya langsung berfikir ini bisa bahaya karena akan mencemari lingkungan, dari saya memulai agar kotorannya dikelola jadi pupuk,” kenangnya.
Sembari, menunjukkan proses pembuatannya. Gusno, menyampaikan bahwa Kelompok tani miliknya sudah tercatat sebagai kelompok tani terbaik se Sulawesi Barat, dan sudah pernah dikunjungi langsung oleh Marwan Jafar sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pertama tahun 2014-2016 pada Kabinet Kerja Jokowi-JK.Selanjutnya, kata Gusno, meski dilakukan secara swadaya Kelompok Tani Sejahtera dengan 5 orang anggota, juga sudah pernah mengharumkan nama daerah saat kontes Insiminasi Buatan pertama se Sulbar yang dilaksanakan di Kabupaten Polman beberapa tahun lalu. “Saat kelompok tani kami ditetapkan sebagai kelompok tani terbaik, waktu itu kita memenuhi semua kriteria yang ada,” ungkapnya mengingat kembali.
Di tengah banyaknya permintaan Pupuk Organik dari Ibu Kota Kabupaten, pria yang lahir pada 21 April 1971 ini, lantas memikirkan agar kelompoknya bisa menjadi sentra pupuk organik dengan membina beberapa kelompok tani di daerah ini. “Saat ini, saya terus mendorong dan merangsang kelompok lain agar bisa melakukan inovasi yang sama dan saya siap membantu untuk berbagi terkait tata pengelolaanya,” ucapnya bersemangat.
Sayangnya, apa yang diharapkan Gusno, belum berjalan dengan baik, karena masih banyak kelompom tani yang di Pasangkayu belum menangkap peluang ini.”Terus Terang, saya tidak berhasil ketika apa yang saya lakukan ini tidak mendapat reaksi ke kelompok tani yang lain, ” katanya.
Olehnya itu, dukungan dan dorongan dari Pemda Pasangkayu selama ini, diharapkan bisa ditingkatkan lagi. “Karena saya tidak mampu melakukan sendiri kalau Pemkab tidak hadir memberikan fasilitasi, paling tidak dengan campur tangan Kabupaten bisa dilakukan sosialisasi ke masyarakat lain,” harapnya. (Bersambung)