Taman Nasional Kota Palu, Ikon Wisata dan Tempat Mengais Rejeki

  • Whatsapp
Taman Nasional Kota Palu yang kini menjadi salah satu ikon wisata di Kota Palu.(syahrul/mediasulawesi,id)

Tak terasa, Taman Nasional Kota Palu, yang terletak di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Selatan sudah lebih setahun diresmikan. Ruang terbuka hijau yang diinisiasi Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid itu diresmikan Kamis, 29 Desember 2022 lalu.

Lokasi tersebut kini menjadi tempat favorit warga Kota Palu saban sore hari. Berbagai kalangan masyarakat meramaikan setiap sudut taman yang berada di jantung kota Palu itu. Ada yang sekadar menghabiskan waktu senja bersama kekasih atau keluarga, berkumpulnya organisasi atau mahasiswa, hingga berolahraga.

Utamanya di akhir pekan, keramaiannya bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat dari hari biasa. Selain Taman GOR, Taman Nasional memang jadi pilihan warga mengingat Taman Vatulemo masih dalam proses revitalisasi.

Bagi orang yang kreatif dan berjiwa wirausaha, memanfaatkan keramaian suatu tempat untuk meraup rezeki menjadi hal yang lumrah terpikirkan. Pun demikian dengan Taman Nasional yang dikunjungi ratusan orang itu.

Seperti Isfar (15) misalnya, yang setiap harinya berjualan buah keliling. Potongan buah aneka jenis yang disimpannya dalam gelas plastik sekali pakai ditentengnya sambil menawari satu per satu orang yang berkunjung. Selain buah, Isfar juga terkadang menjual air mineral botol, jus mangga, salad, hingga pudding yang ia jual mulai harga Rp.5.000 sampai Rp.15.000-an. “Le mineral, buah, jus mangga kak,” ujarnya menawari salah satu wanita berkerudung hitam yang tengah duduk  di taman itu. Minggu (14/1/2024), sekira pukul 17.45 wita, jadi langkah pertamanya di sore itu.

Isfar merupakan siswa di salah satu sekolah menengah di Kota Palu. Menjual keliling memang terdorong dari kemauannya sendiri. Penghasilan yang ia dapatkan hitung-hitung bisa ditabung dan sesekali untuk membeli perlengkapan sekolah. “Alhamdulillah laris, biasa sampai Rp.50 sampai Rp.100 ribu, paling rame biasa Rp.150 ribu,” akunya membeberkan penghasilannya berjualan keliling hingga pukul 23.00 wita.

Barang jualan itu bukanlah miliknya sendiri, Isfar hanya bekerja sama dengan beberapa penyedia barang jualan itu. “Sebenarnya sih lebih bagus cari modal sendiri jualan sendiri, tapi modalnya itu lagi susah,” ujarnya.

Isfar justru mengaku senang bisa berjualan. Selain penghasilan yang ia dapatkan, Isfar juga mengaku mendapatkan banyak teman di tempat itu. Sedikitnya ada sepuluh pedagang buah dan jus keliling sepertinya.

Selain penjual buah keliling, ada pula fotografer. Memang, lokasi itu saat ini tengah tren untuk berswafoto bagi masyarakat utamanya para kalangan pemuda. Tugu lingkaran dengan air mancur yang mengelilinginya cocok menjadi background untuk mengabadikan momen.

Seorang pria dengan posisi setengah membungkuk tengah membidik lensa kameranya ke arah dua orang wanita yang duduk persis di pinggiran kolam air tugu lingkaran itu. Sesekali bercakap memberikan kode mengarahkan posisi pose pelanggannya.”Sekitaran lima bulan”, ujar Elan (26) salah satu fotografer di tempat itu. “Alhamdulillah dengan adanya taman ini sangat membantu ya,”.

Dengan kemampuannya dan kameranya yang mendukung, Elan tergerak untuk mencari sampingan penghasilan dengan memanfaatkan keramaian tempat itu. Ia juga bekerja sebagai fotografer di salah satu percetakan foto di Kota Palu.”Alhamdulillah rame, terutama malam Minggu itu banyak sekali orang foto-foto, hari biasa juga ya Alhamdulillah lumayan dapat,” ujarnya.

Elan sudah stay di Taman Nasional mulai pukul 16.00 wita hingga pukul 23.00 wita. Adapun tarif foto yang diambilnya seharga Rp.20 ribu untuk 5 foto. Dalam semalam, ia bisa mendapatkan 7 hingga 10 orang yang berfoto.

Saat saya menemuinya, Elan mengaku itu sudah pelanggan keempatnya. Bukan hanya Elan, tampak ada beberapa fotografer lainnya yang sudah bersiap di setiap sudut taman itu.

Selain penjual buah keliling dan fotografer, penjual balon dan mainan anak-anak juga bisa kita temui di Taman Nasional itu. Sama seperti lainnya, para penjual balon dan mainan pun sudah stay di lokasi itu sekitar pukul 16.00 wita. Mereka tampak duduk lesehan berderet tepat di pintu masuk Taman Nasional dari arah Gedung Juang.

Disti (30), wanita berkerudung hitam terlihat tengah melayani seorang pria dewasa yang membelikan sebuah balon untuk anaknya yang digendongnya. Ia bahkan sudah hampir setahun mangkal di tempat itu untuk mencari rezeki.”Menjual hampir setahun, beberapa bulan setelah taman ini dibangun,” ucapnya.

Berbeda dengan lainnya, Disti hanya menjual di akhir pekan memanfaatkan waktu libur yaitu Sabtu dan Minggu. Menurutnya, hari itu menjadi hari paling ramai untuk berjualan. Balon-balon yang ia jual harganya yaitu Rp.10 ribu untuk ukuran kecil, dan Rp.15 ribu untuk ukuran besar. Dalam semalam berjualan, Disti bisa meraup penghasilan hingga Rp.200 ribu saat ramai. Namun, ia mengaku terkadang juga hanya mendapat Rp.50 ribu-an.

Menurutnya, keberadaan Taman Nasional sangat membantunya untuk mendapatkan rezeki. Sebelumnya ia berjualan di Taman Vatulemo. “Kalau sudah Vatulemo jadi, kalau dikasih menjual di sana ya kita ke sana, tapi di sini tetap, kan sore,” imbuhnya.

Meski diuber petugas Satpol-PP di waktu malam hari, Disti mensiasatinya dengan berkeliling. Menurut pengakuannya, tak diizinkan berjualan menetap di Taman Nasional itu. “Sebenarnya dilarang, malam ada Satpol-PP sudah, disuruh keluar dulu, sebenarnya tidak bisa (menjual, red). “Kalau keliling boleh, sebenarnya yang stay-stay begini dilarang, boleh menjual tapi jangan duduk terlalu lama kayak begini,” jelasnya.

Keberadaan Taman Nasional Kota Palu bukan hanya sekadar memberikan fasilitas hiburan warga Kota Palu di tengah hiruk-pikuknya perkotaan. Sebagian orang memilih menjadikannya sumber rezeki sampingan untuk menambah penghasilannya memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Inovatif dan kreatifitas menjadi modal, tak terlepas pula kemauan dan motivasi diri.(Syahrul CW)

Pos terkait