PALU – Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah, Dr. Asrif, M.Hum menyebut militansi penutur bahasa daerah Kaili kian melemah. Kesadaran terhadap penggunaan dialek bahasa Kaili semakin terasingkan, utamanya bagi para penutur muda. “Bahasa ini menjadi bahasa yang beberapa catatan saya tidak begitu membanggakan bagi pemiliknya, menjadi bahasa yang pasif,” ujarnya kepada media ini, Kamis (30/11/2023).
Padahal, bahasa Kaili, lanjutnya, adalah salah satu bahasa dengan jumlah masyarakat pendukung terbanyak di Sulawesi Tengah. Kurangnya militansi penuturnya dapat berujung memudarnya kebanggaan terhadap bahasa itu sendiri.”Digaungkan adalah pandangan yang harus dirubah, harus bangga, bahwa bahasa Kaili setara dengan bahasa aang lain, dan militansi harus dihadirkan,” tandasnya.
Mantan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur ini memberikan contoh, bahkan setingkat perkotaan yang lebih metropolitan seperti Surabaya dan Makassar bahkan dialek bahasa daerahnya masih begitu melekat. Ia mengaku khawatir, jika kondisi tersebut dibiarkan begitu saja dapat mengancam bahasa Kaili menuju bahas yang punah.
Dengan itu, Asrif juga mengatakan, pihaknya melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI menggalakkan program Revitalisasi Bahasa Daerah. Program itu diharapkan dapat dikerjakan bersama oleh stakeholder dan pemerintah sebagai pihak terkait.(SCW)