PALU – El Nino merupakan salah satu fenomena yang mengakibatkan perubahan pada iklim. Perubahan iklim yang disebabkan El Nino dapat memicu kekeringan dan kemarau panjang. Kekeringan akibat fenomena cuaca tersebut bisa menyebabkan berbagai bencana, salah satunya kebakaran hutan.
Fenomena El Nino seyogyanya perlu disikapi dengan kewaspadaan dan antisipasi oleh berbagai pihak termasuk masyarakat. Meski tak masuk dalam salah satu wilayah yang dipetakan terdampak signifikan, Sulawesi Tengah menjadi satu wilayah yang cukup berpotensi alami kebakaran hutan. Terlebih mengingat wilayah hutan di Sulawesi Tengah yang rata-rata berada di area pegunungan.
Hal itu dikatakan Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tengah, Akris Fattah Yunus, Senin (21/8/2023) pagi. “Saya kira untuk pemetaan (wilayah di Sulteng, red) saat ini belum ada, tapi kalau kita melihat wilayah Sulteng itu hampir seluruhnya rawan, karena kita hampir berada di daerah pegunungan yang punya hutan dan perkebunan yang luas,” urainya.
Untuk diketahui, baru-baru ini salah satu perkebunan di Desa Taripa, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso telah mengalami kebakaran hutan yang menghanguskan lahan seluas 21,4 hektar pada Sabtu (19/8) kemarin. Terlepas disebabkan karena kelalaian, bencana kebakaran hutan tersebut perlu menjadi perhatian bersama untuk kedepannya. Berdasarkan laporan BPBD Sulteng, kebakaran lahan tersebut dipicu aktivitas pembakaran sisa-sisa pembersihan lahan oleh pemilik kebun.
Gubernur Sulawesi Tengah, H. Rusdy Mastura pun telah mengeluarkan edaran himbauan kepada seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk intens melakukan pengawasan antisipasi bencana kebakaran hutan terjadi lagi. “Saya menghimbau agar Pemerintah kabupaten kota melakukan pengawasan dan pengendalian, serta mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap Seluruh aktivitas pembakaran sisa-sisa pembersihan lahan, mengingat saat ini dalam situasi El Nino,” imbaunya.(SCW)