PALU – Berbicara soal sejarah tentunya tak hanya peristiwa sejarah itu semata, lokasi atau tempat kejadian pun turut berkaitan erat di dalamnya. Pasalnya, Kota Palu menyimpan banyak historia peristiwa sejarah dimasa lalu.
Seperti dibeberapa tempat berikut, sempat terjadi peristiwa penting sebagai sebuah sejarah yang mana kini dinilai menjadi saksi bisu yang bahkan terlupakan oleh sebagian besar masyarakat setempat. Beberapa tempat tersebut ini merupakan keterangan sejarah Komunitas Historia Sulawesi Selatan (KHST) dalam penelitiannya.
Onder Afdeliing di Palu tersebut diterangkan kepada sejumlah awak media saat Tour Perjalanan Sejarah seputaran Taman Nasional Bundaran Hasanuddin, memperingati Hari Buku dan Arsip Nasional, Kamis (18/5/2023) sore. Adapun diantaranya sebagai berikut.
1. Honbu (Markas Besar), Taman Nasional (Saat ini)
Dikenal saat ini sebagai Taman Nasional Kota Palu, rupanya tempat ini memiliki kenangan peristiwa sejarah yang begitu penting bagi Masyarakat Sulawesi Tengah khususnya, bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Betapa tidak, pada sekiranya periode 1942-1945 silam, tempat tersebut dijadikan markas besar rumah Controleur Pemerintahan Belanda. Bahkan, pembacaan maklumat oleh Raja Tjatjo Ijazah saat rapat raksasa dijelaskan dilakukan dititik tersebut.
2. Rumah Jalaludin Abdullah, Tempat Bendera Indonesia pertama Kali dinaikan di Kota Palu
Berdasarkan dokumentasi Sofyan B. Kambay, sekiranya pada 17 Agustus 1947 lalu lokasi rumah Jalaludin Abdullah tercatat sebagai tempat pertama kalinya bendera Indonesia dinaikan dan dikibarkan di Kota Palu setelah Kemerdekaan. Adapun lokasi sekiranya berada disamping Warkop Bundaran (Saat ini) Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu.
3. Kantor Residen Kordinator, Museum Guma (saat ini)
Tepatnya di Museum Senjata Tradisional Guma, dahulu gedung tersebut merupakan Kantor Resident Koordinator wilayah Sulawesi Tengah pada masa Penjajahan Belanda. Untuk diketahui, pada masa itu, urusan Pemerintahan Daerah sampai sekecil-kecilnya diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat (Governeur General).
Sementara itu, berdasarkan Undang-undang Pemerintah Belanda (Regerlings Reglement/RR), tugas Koordinator wilayah dipegang oleh Resident sebagai pejabat pusat yang juga merupakan Kepala Wilayah Pemerintahan Karesidenan. Dimana Resident memiliki fungsi dan tugas pokok sebagai pengawas, dan memperoleh delegasi wewenang dari Pemerintah Pusat.
4. Kantor PU Belanda
Sekiranya berada di depan Coffe Shop Bakso Solo (saat ini) dahulu merupakan Kantor PU Pemerintah Belanda. Arsip-arsip surat perjanjian antara belanda dan raja Palu saat itu banyak ditemukan di lokasi tersebut. Namun, kini gedung tersebut telah beralih menjadi kepemilikan pribadi.
Sayangnya, kantor tersebut saat ini telah usang bahkan bagian belakangnya telah mengalami kerusakan yang parah. Sementara saat ini telah menjadi kepemilikan pribadi.
5. Kantor DPRD Donggala dan Controleur
Tepatnya di samping Kantor PU Belanda disebutkan diatas, terdapat Kantor DPRD Kabupaten Donggala pertama kalinya yang dibangun pada tahun 1942 silam. Selain itu, disamping kanannya terdapat pula beberapa rumah Controleur Pemerintahan Belanda, yang kini telah digusur dan tak menyisakan bekas.
6. Tiang Listrik dan RS Anutapura Lama
Tepatnya di Jalan Sultan Hasanuddin, depan Kantor Bank Sulteng, jika kita melihat di tepi jalan depan KFC (saat ini) terdapat satu-satunya tiang listrik kayu yang tersisa sejak masa Pemerintahan Belanda dahulu. Tampak bahkan hingga kini tiang listrik tersebut pun masih dipergunakan. Adapun KFC sendiri dahulu merupakan Rumah Sakit Anutapura.
7. Rumah Raja Tjatjo Ijazah
Sedikit melangkah sekiranya kurang lebih 60 meter, sekiranya berlokasi di Apotik Aneka Farma (saat ini) dahulu merupakan rumah Raja Tjatjo Ijazah. Ia merupakan raja terakhir Kota Palu sekiranya pada periode 1949-1960. Itulah beberapa tempat bersejarah yang ada di Sulawesi Tengah khususnya di Kota Palu, semoga bermanfaat.(SCW)