PALU – Berdasarkan data BPS menunjukan sebanyak 1,70 juta jiwa dari 3,42 juta jiwa mayoritas penduduk Sulawesi Tengah tinggal di Pedesaan, atau dapat dikatakan sekiranya 40 persen penduduk Sulawesi Tengah merupakan warga pedesaan yang berpencaharian Petani, pekebun, dan peternak. Sementara itu, prevalensi kemiskinan banyak didominasi oleh para kaum petani, hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala, seperti kurangnya kompetensi petani terhadap budidaya yang baik, penggunaan benih unggul, serta kurangnya ketersediaan sektor distribusi produk yang dihasilkan.
Atas hal tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Donggala menginisiasi hingga terbentuknya program Sulteng Corn Collaboration 4.0 Petani Makmur, yang bergerak di sektor Agricultur dengan berfokus pada upaya mendorong perkembangan pertanian Jagung di Sulawesi Tengah demi kemakmuran para petani. Pasalnya program tersebut bakal menggangdeng PT Syngenta sebagai pemasok benih jagung unggul, PT Petrokimia dalam hal pemenuhan pupuk dan uji sample kesuburan tanah, para mahasiswa sebagai Farming Fasilitator atau pendampingan petani, serta bekerjasama dengan stakeholder di lingkup pemerintah daerah demi perluasan sektor pertanian yang berkemajuan, dan UPT Sertifikasi Produk milik Disperindag Pemerintah Provinsi.
Menurut Kadin Donggala Rahmad M Arsyad, mengatakan bahwa hal tersebut bermula dengan melihat faktanya mayoritas masyarakat Sulawesi Tengah merupakan para petani dan pekebun yang juga sebagian besar masuk kedalam garis kemiskinan. Sehingga ia tergerak untuk dapat menargetkan kesejahteraan dengan melawan kemiskinan. “Mayoritas masyarakat kita itu adalah petani dan pekebun, dan mereka ada di garis kemiskinan, hal ini dilakukan agar bagaimana mereka bisa keluar dari kemiskinan dan bisnis tetap bisa berjalan lancar,” bebernya kepada MediaSulawesi.id
Adapun program-program yang bakal dijalankan mulai dari mendorong perbaikan on Farm maupun of farm di pertanian baik dari pengujian tanah, pendampingan agronomis,pemupukan, pemilihan benih,sampai dengan panen dan pasca panen, mendorong program ketahanan pangan desa, membuka akses industri peternakan maupun pakan, serta integrasi pemasaran yang bakal juga melibatkan BUMN untuk menjadi bagian dari pasar pembelian produk.
Pasalnya, pada program awal ini, ia bakal menyasar Kabupaten Donggala dan Buol sebagai target pertamanya, namun pada kesempatan berikutnya sebagai kelanjutan program, pihaknya akan mendorong program Petani Makmur tersebut ke berbagai wilayah dengan jangkauan yang lebih luas. “Tahap awal program ini masih menyasar Donggala dan BUol, dan kami mendorong secara perlahan program Petani Makmur bisa menjangkau lebih luas,”bebernya. Lanjutnya, ia berharap dengan program tersebut, dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat luas bagi seluruh Sulawesi Tengah. “Semoga kita bisa mewujudkan kesejahteran yang lebih luas, bukan hanya di Donggala saja, tapi seluruh Sulawesi Tengah,” tutupnya.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tengah diwakili oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultur Provinsi Sulawesi Tengah Nelson Metubun, mengaharapkan agar kiranya program tersebut dapat menjadi solusi untuk mengurangi angka kemiskinan di Sulawesi Tengah, serta perluasan lapangan kerja demi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani. “Semoga dapat menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan di Sulawesi Tengah, memperluas lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, terutama kesejahteraan petani,” harapnya dalam sambutan tertulis yang disampaikannya saat membuka Launching dan Workshop Sulteng Corn Collaboration 4.0 Petani Makmur bertempat di salah satu hotel kota Palu, Selasa (7/3/2023) pagi.(SCW)