PALU – Ratusan murid Sekolah Dasar Negeri 1 dan 2 Petobo, Kota Palu ini hingga kini masih belajar tanpa kursi alias melantai. Proses pembangunan gedung sekolah yang terdampak likuifaksi 28 September 2018 silam belum juga rampung. Tidak hanya di Petobo, terdapat beberapa sekolah yang terdampak likuifaksi di Kelurahan Balaroa juga hingga kini belum tuntas pembangunannya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, H Hardi, S.Pd., M.Pd ketika dikonfirmasi wartawan Rabu (4/1/2022) sore membenarkan adanya murid-murid di SDN 1 dan 2 Petobo yang hingga kini masih belajar melantai. Namun, Hardi menampik jika itu terjadi karena minimnya perhatian pemerintah khususnya dinas pendidikan. Ditegaskan pembangunan gedung sekolah tersebut dilakukan oleh PUPR pasca bencana 2018 lalu. Namun hingga kini belum tuntas serta belum diserahkan kepada pemerintah kota Palu.
Lebih jauh Hardi, pekerjaan pembangunan gedung sekolah itu sempat stagnan kemudian kini kembali dilanjutkan setelah PUPR kembali melelang pelaksanaan pembangunannya. “Saat pembangunannya terhenti lalu, fasilitas di sekolah itu banyak yang rusak dan hilang. Sebenarya murid-murid masih belajar di Hunian sementara, tetapi karena sering hilang-hilang barang di sana itu, maka atas persetujuan bersama, agar tidak ada lagi yang kehilangan atau rusak-rusak, kami putuskan agar sekolah itu sudah digunakan dengan menggunakan fasilitas yang ada, meski belum rampung 100 persen,” terangnya lagi.
Ia menambahkan jika untuk pengadaan mobiler dua sekolah itu, pemerintah Kota Palu telah menganggarkan di tahun 2023 ini. Bukan hanya untuk kedua SD itu, kata dia, terdapat tiga sekolah lainnya yang terdampak likuifaksi, di Kelurahan Balaroa juga akan dibantu. Berdasarkan informasi dari pihak PUPR, tahun ini juga akan membangun tiga sekolah di daerah tersebut. “Ada SD dan juga SMP, januari ini akan dilelang pekerjaannya. Kalau januari dilelang, kita perkirakan sekitar Maret dimulai pembangunannya,” pungkasnya.(sam)