TATA KELOLA PT DAN TATA HATI

  • Whatsapp
Dr. H. Kasman Jaya Saad, M.Si (ist)

SYUKURAN yang dirangkaikan dengan buka puasa, kemarin (15/4/22) di helat di pelataran kampus Unisa Palu. Kampus yang kini bertransformasi lebih baik dari segi fisik memang mengundang decak kagum. Dan itu juga diamini dan diungkapkan Dekan Pertanian ketika didaulat memberi sambutan atas keberhasilan prodi Agroteknologi naik peringkat akreditasi dari BAN PT dari baik (C) ke Baik sekali (B). ”Dulu, bila saya ditanya dimana kampusnya, saya sering agak segan menunjukkan, tetapi sekarang kami bangga menunjukkanya kepada kawan atau tamu yang menanyakan” Pungkas pak dekan penuh optimis.

Dalam syukuran dan buka puasa itu hadir ketua yayasan HS.Ali bin Muhammad Aldjufrie sekaligus memberi tausiah. Dalam awal tausiahnya, habib menyampaikan bahwa kegembiraan yang dirasakan dengan adanya kenaikan akreditasi itu tentu patut disyukri, namun jauh lebih penting bagaimana mempertahankan prestasi yang dicapai “Jadi jangan gembira berlebihan, namun yang penting bagaimana menjaga prestasi yang sudah dicapai itu, bukankah lebih sulit mempertahankan ketimbang meraihnya”. Lebih lanjut Ketua Yayasan mengingatkan bahwa pembangunan fisik itu jangan cuma fisiknya, namun didalamnya (baca: pengelolahannya) juga harus baik, harus sehat. “Jangan seperti rumah sakit, bangunannya megah diluar, namun di dalam berisi orang sakit semua, biar reok bangunannya, namun bila diisi orang sehat, itu labih bagus”.Tegas habib.   Penekanan  ketua yayasan menjadi sangat penting sore itu menurut hemat saya, karena sebagai institusi pendidikan tinggi yang diberi amanah oleh masyarakat untuk mendidik anak-anak bangsa, memang wajib melaksanakan pengaturan tata kelola Perguruan Tinggi (PT) yang  baik dan benar (Good university governance), di dalamnya dilaksanakan proses akademik yang bermutu dan manajemen yang akuntabel . Pengelolaan yang baik dan benar itu harusnya menjadi mainstream dalam membangun Unisa ke depannya, dimana dalam penyelenggaraan academic governancenya bukan berdasar aspek birokrasi, politik, ataupun hanya efisiensi manajemen an sich. Artinya Interaksi dalam kampus merupakan interaksi akademik (baca; otoritas keimuan), bukan kekuasaan eksekutif, atau birokrasi. Dan terpenting dalam tata kelolanya harus mampu dibedakan mana organisasi sumber dan organisasi program. Organisasi sumber menyesuaikan dengan kebutuhan manajemen, harus seefisien mungkin. Dan Organisasi program haru melakukan peningkatan kualitas pelayanan akademik secara berkelanjutan dan melakukan repositiong dalam konteks lingkungan eksternal. Peningkatan kualitas layanan akademik dan repositiong itu tidak hanya dilakukan dengan perencanaan yang baik, tetapi juga harus dilaksanakan dengan baik.

Dan yang menarik dalam tausiah yang singkat itu, habib juga menekankan tentang pentingnya menjaga hati, bahwa dalam membangun ilmu bukan hanya akalnya, sambil menunjuk kepala beliau, “akal ini banyak bohongnya, yang harus dibangun itu hatinya, akhlaknya. Tidak ada guna orang banyak ilmunya, namun hatinya busuk, rusak. Akhlak itu penting, dalam menjaga diri, menjaga keluarga dan menjaga kampus ini.  Jangan selalu merasa paling benar, dan paling tahu, harus menjaga akhlak ketika menyampaikan masukan. Jangan menceritakan keburukan itu keluar, adab harus disampaikan langsung, jangan diekspos ke orang lain. Kita itu ibarat bercermin, mana ada cermin menceritakan ke orang lain bila melihat ada keburukan, namun kita sendiri yang memperbaiki sesuai dengan yang kita amati dicermin itu. Jadi jangan menceritakan aib itu ke orang lain, namun  langsung  disampaikan ke pimpinan, bila ada yang perlu dibenahi”.Pungkas habib. Banyak dari kita masih menganggap profesional itu cukup memiliki keahlian dibidangnya, namun lebih dari itu, banyak dilupakan orang, bahwa sesungguhnya dalam kata profesional, melekat atribut tanggung jawab moral dan etika, dalam bahasa religinya dikenal dengan sebutan akhlak. Jadi semakin tinggi profesional seseorang maka makin tinggi akhlaknya.  Indikator akhlak itu adalah jujur (Sidiq) dan terpercaya (Al-amin). Penekanan habib ini juga menurut saya penting dalam kerangka lebih memajukan Unisa, dimana dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, para penyelenggara yang terlibat dalam organisasi sumber dan program saling menghargai dan mengutamakan akhlak dalam membangun hubungan kerja sama. Unisa memang belum seperti apa yang diharapkan, namun kemajuan yang sudah ada layak diberi apresiasi.  Otonomi akademik merupakan kodrat perguruan tinggi untuk mencari dan menyampaikan kebenaran yang merupakan kebutuhan dasar perguruan tinggi untuk melaksanakan fungsinya, namun  harus dilakukan dengan hati, berakhlak. Pesan habib untuk lebih menjaga hati (baca ilmu hati),menjaga akhlak menjadi penting untuk diejawantahkan di tengah perubahan yang sangat cepat dan di era disrupsi seperti sekarang ini. Dan itu  bisa menjadi pembeda bagi Unisa dengan PT lainnya.(Dr. H. Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)

Pos terkait