Sosok Almarhum Tanwir Lamaming, tak bisa dilepaskan dari proses penyelenggaraan demokrasi di daerah ini. Dua lembaga penting di ajang pemilu sudah digenggamnya dengan penuh amanah, sebagai ketua Panwaslu kabupaten Morowali beberapa periode, hingga ketua KPU kabupaten Morowali dan Morowali Utara, hingga saat ajal menjemputnya, kapasitasnya sebagai ketua KPU Propinsi Sulawesi Tengah. Pak Tanwir telah mengkhidmatkan dirinya dalam peran demokrasi, pemilu, dan kemanusiaan secara universal di propinsi Sulawesi Tengah. “Demokrasi harus dipahami sebagai ajaran kemanusian agar memberi arti bagi kehidupan kemanusiaan” begitu tulis Pak Tanwir dalam prolog buku saya berjudul motivasi Pemilu. Dalam pengkhidmatan itu, ada hal utama dan terpenting harus menjadi catatan adalah sosoknya yang tegas dan berintegritas dalam menyelenggarakan pemilu di daerah ini.
Awal perkenalan saya dengan Pak Tanwir ketika mendaftar menjadi pengawas pemilu kabupaten Morowali tahun 2008, saat itu saya diberi amanah sebagai ketua Pengawas Pemilu Propinsi Sulawesi Tengah. Meski kemudian saya tahu bahwa Pak Tanwir lebih dulu berjibaku dengan pengawasan pemilu di kabupaten Morowali, sejak tahun 2004. Dan mulai saat itu saya banyak berinteraksi dengan pak Tanwir hingga akhir hayatnya.
Pribadi yang tegas, lugas tanpa kompromi bila menyangkut aturan, adalah kesan kuat saya tentang Pak Tanwir. Dalam beberapa kali kegiatan koordinasi pengawasan, sebagai ketua pengawas propinsi juga tak lepas dari ketegasan dan kritikannya. Pak Tanwir adalak sosok yang lugas menyampaikan kritikan, tak pandang bulu. Ketegasannya, sering ditanggapi sebagian kawan penyelenggara cenderung “keras” namun itu tidak dinilai sebagai sosok yang arogan, karena dalam pribadi pak Tanwir tetap sosok yang humble, baik dan senang berbagi.
Jujur, saya pun harus mengatakan bahwa saya sendiri telah merasakan kebaikan Pak Tanwir. Kebaikan itu bukan saja, karena banyak kali saya dilibatkan dalam kegiatannya, baik ketika masih menjabat sebagai ketua Panwaslu kabupaten, ketua KPU kabupaten dan ketua KPU Propinsi, tetapi juga bentuk kesediaan pak Tanwir bila saya mengajak berkolaborasi dalam menulis buku atau memberikan prolog dan testimoni buku saya, bahkan untuk memberi kuliah tamu di kampus saya. Pilkada Di Tengah Pandemi Covid-19 terbit tahun 2020, adalah buku yang saya tulis bersama pak Tanwir dan Pak Sutarmin. Dan di buku Motivasi pemilu, pak tanwir bukan saja memberikan prolog, namun juga ikut menjualkan buku itu. Pak Tanwir bersama istri datang kerumah mengambil buku itu ”Saya jamin buku ini laku pak” begitu kalimatnya, dengan nada menyakinkan. Dan buktinya begitu, 150 eksamplar buku motivasi pemilu yang diambilnya habis terjual. Pak Tanwir memang tak pernah ada kata menolak, ketika saya meminta bantuannya, meski kapasitasnya sebagai ketua KPU propinsi, perilakunya tetap santun dan bersahaja.
Sebagai pribadi diliputi integritas, pak Tanwir tak hanya seperti apa yang selalu diucapkan, namun juga dalam sikap dan perilakunya sebagai penyelenggara pemilu. Imparsialitas dan kemandiriannya sebagai penyelenggara selalu dijaga. Namun tak menutup diri untuk memberi ‘advise pemilu’ kepada saja yang membutuhkan. Dalam prolog buku saya pak Tanwir mengingatkan bahwa “Bagi penyelenggara, mulai dari struktur tertinggi hingga pada penyelenggara ad hoc, integritas adalah kata kunci utama, penyelenggara hanyalah untuk mereka yang memiliki integritas. Pemilu yang hadir, haruslah pemilu yang menjunjung tinggi profesionalitas dan integritas pada seluruh aktor yang terlibat dalam Pemilu. Pemilu yang bukan semata-mata sukses secara prosedural tapi juga harus dipastikan sukses juga secara substantif”. Lebih lanjut Pak Tanwir memberikan penilaian “Tidak berlebihan jika kemudian karya ini dapat dikatakan sebagai “cara cepat memahami makna dan esensi pemilu” yang dapat dijadikan rujukan oleh siapapun untuk meningkatkan pemahaman kepemiluan. Disegmentasikan sedemikian rupa sehingga semua pelaku dan perilaku politik mendapat ruang untuk diperbincangkan. Mulai dari penyelenggara, peserta pemilu dan masyarakat sebagai basis pemilih diberi motivasi untuk melaksanakan amanah langit, sehingga pemilu adalah proses pencerahan yang marwahnya harus tetap terjaga”
Satu hal lagi yang paling berkesan dalam diri pak Tanwir adalah tak boros komentar bila menyangkut tugasnya, juga tak senang mengambil peran lebih bila itu tidak sesuai tupoksinya. “Bila itu kepentingan lembaga tak apa, silahkan yang lain saja yang bicara di media, tidak usah saya” begitu sering didiskusikan kesaya tentang perannya sebagai ketua.
Kini, sang penjuang demokrasi yang bersahaja nan baik itu, di bulan penuh berkah, bulan ramadhan telah pergi selamanya menjemput kebahagiaan hakiki di sisi Allah Swt. Sungguh, Allah telah memakmurkan hatinya dengan cahaya makrifah. Ia telah memiliki kebahagiaan hakiki, yakni kebahagiaan jiwa, roh, dan hati.
Pak Tanwir sudah kembali ke pangkuan Ilahi dengan mewariskan nilai-nilai demokrasi dan kebaikan sejati. Hal itu dilakukannya dengan keikhlasan dan sepenuh hati dalam melakukan aktivitas demokrasinya. Dengan kata lain, ia wafat saat seluruh energinya dipersembahkan secara total dalam menegakkan dan menjunjung tinggi nilai demokrasi dengan konsep ajaran kemanusiaannya.
Selamat jalan sahabat, selamat jalan pak Ketua, selamat jalan pak Tanwir.Doaku selalu “Ya Allah, ampunilah ia, berilah rahmat, kesejahteraan, dan maafkanlah ia. Amin ya Rabbal alamin” (Dr. H Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)