JANGAN ANGKUH DENGAN KEBAIKANMU

  • Whatsapp
Dr. H Kasman Jaya Saad, M.Si (ist)

Seperti biasa, dihari Jum’at Subuh, mesjid dekat rumah saya, menghadirkan subuh berkah, dikemas dengan tajuk “Ngopi subuh”, memang benar-benar ada ngopinya setelah kultum (ceramah tujuh menit). Kali ini saya yang mendapat giliran menyampaikan kultum. Dan kepada pembaca ingin saya membaginya apa yang saya sampaikan dikultum subuh itu. 

Di era pandemi corona (sengaja tidak menyebutnya covid-19 karena corona sudah bermutasi dengan banyak varian) sekarang ini, kita harusnya lebih fokus mengingat Allah Swt, fokus menyembah-Nya dan berserah diri atas segala kehendak-Nya. Pondasinya adalah Tauhid.  Olehnya jadilah pribadi yang berakhlak mulia, tapi jangan pernah merasa mulia. Benar dalam beribadah memang penting, namun jangan pernah merasa paling benar. Jadilah orang baik, tapi jangan merasa baik. Jadilah orang saleh, tapi jangan merasa saleh. Bila kita sudah merasa baik, merasa saleh, merasa mulia, saat itulah kesombongan bersemayam dihati. Kita menjadi angkuh dengan kebaikkan dan kemuliaan lalu takabur dengan ketaatan. Jadi beribadahlah, tanpa perlu merasa lebih taat dibanding orang lain. Syekh Ibnu Atthaillah menegaskan “Kemaksiatan yang melahirkan rasa hina dan butuh kepada Allah, lebih bagus daripada ketaatan yang melahirkan tinggi hati dan sombong”.

Olehnya segala bentuk kesombongan harus dihindari, agar ketaatan kepada-Nya tidak menjadi sia-sia. Teringat akan cerita bagaimana Jenderal Khalid bin Walid, dipecat oleh Khalifah Syaidina Umar bin Khatab hanya agar sang jenderal jangan sampai dihinggapi penyakit sombong. Jenderal Khalid bin Walid memang dikenal sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Beliau tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Sangat disegani lawan dan dicintai kawan. Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Bahkan Rasulullah Saw menggelarinya sebagai Pedang Allah yang terhunus.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, “Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!”

Membaca surat tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah dilakukan?.  Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu. Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, “Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?”

“Walaikumussalam warahmatullah! Betul Khalid!” Jawab Khalifah.

“Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa khalifah?”

“Kamu tidak punya kesalahan.”

“Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat?Apa saya tak mampu menjadi panglima?”

“Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik.”

“Lalu kenapa saya dipecat?” tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, “Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong”

”Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah Swt, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!”

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah, lalu mendekap Khalifah Umar sambil menangis beliau berbisik, “Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!” Beliau mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Dan sang jenderal memang tidak sombong dan selalu lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas  dan menjabat sebagai panglima.

Saat ini negeri kita dan banyak negeri yang lain porak poranda ekonomi dan kehidupan sosialnya akibat pademi corona ini.  Pengetahuan dan teknologi yang selalu dibangga-banggakan dan disombongkan itu, runtuh oleh makhluk mikro (virus) yang hanya berukuran milimikron dengan entitas biologi yang bersifat aseluler (tidak memiliki sel) itu.  Namun virus itu adalah mahkluk-Nya. Patuh dan beribadah sesuai kehendak-Nya. Tak ada yang kebetulan, semua atas kehendak-Nya. Pandemi corona, tentu bukan sesuatu yang kebetulan. Begitu ditakdirkan-Nya. Semoga kita sadar, sesungguhnya kita sangat kecil dan sama sekali tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan, Allah Swt. Maka tawakkallah!.(Dr. H Kasman Jaya Saad, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)

Pos terkait