PALU – Pemain sepak bola, sangat rentan cedera. Tak jarang mereka harus istirahat lama bahkan sampai gantung sepatu karena tidak mendapatkan penanganan medis yang maksimal. Kondisi ini pula kerap menimpa sejumlah pesepak bola di Kota Palu dan daerah lainnya di Sulawesi Tengah. Sementara itu, tenaga ahli yang menangani cedera pemain ini pun terbilang langka.
Hal inilah yang memotivasi, Mardin S.Pd, seorang wasit sepak bola Palu yang berencana membuka tempat praktik penanganan khusus bagi atlit pesepak bola yang cedera.Niat wasit yang pernah menyelesaikan kursus Wasit Futsal Nasional dan Wasit C2 Daerah ini, harus didukung semua pihak termasuk, pemerintah serta seluruh insan olahraga di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Pasalnya, masalah cedera olahraga masih menjadi momok menakutkan bagi atlet, apa lagi tidak ditangani dengan baik oleh ahlinya.
Mardin, baru dinyatakan resmi beroperasi menangani pasien cedera, ketika sudah menyelesaikan Pelatihan Nasional Massage Cedera Olahraga. Rencananya, pelatihan itu akan ditempuh dalam waktu dekat ini.
Kepada media ini, Mardin menyampaikan bahwa dirinya sudah mendapat tempat dan jadwal waktu pelaksanaan Pelatihan Nasional yang tepat, yakni di Kota Cirebon, Jawab Barat 10-12 September 2021 mendatang. “InsyAllah, saya akan ikut di pelatihan ini (Pelatihan Nasional Massage Cedera Olahraga di Cirebon, Jawa Barat). Sekarang saya sudah persiapan,” katanya, Selasa malam (31/8/2021).
Jelang pemberangkatannya tersebut, Mardin ternyata berupaya berjuang sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah, padahal harusnya dijemput dan disupport karena ini juga bagian dari pembangunan olahraga khususnya penanganan masalah cedera atlet. “Terus terang, saya ini berangkat menggunakan dana sendiri. Kebetulan saya tidak bermohon ke pemerintah dengan Proposal karena saya sadar bahwa daerah juga lagi persiapan PON. Kemudian kalau saya bermohon ke KONI misalnya, terus tidak ada, nanti kecewa jadinya,” jelas Mardin.
Meski menggunakan biaya sendiri, Mardin akan berupaya agar bisa menyelesaikan administrasi syarat, biaya dan ketentuan pada pelatihan yang diikuti. Menurutnya, dalam kondisi pandemi Covid-19 pelatihan yang diambil ini memang terasa berat karena butuh biaya banyak, apa lagi sesuai ketentuan PPKM dari dan ke Jawa wajib PCR dan lain-lain. “Mohon doanya ya bang. Semoga ada jalan, saya bisa menyelesaikan pelatihan ini, dan bisa berkontribusi baik dengan dunia olahraga di Palu dan Sulteng secara umum,”ucapnya.
Ditanya, soal alasan kenapa akhirnya memilih agar membuka praktik penanganan khusus cidera olahraga. Ternyata didasari, atas kecintaanya kepada olahraga dan keinginannya membantu atlet yang sedang mengalami cedera. “Intinya, kita berbuat yang terbaik. Siapa tahu dengan saya ikut pelatihan ini dan mendapat lisensi, saya bisa ikut membantu teman-teman yang mengalami cidera. Karena biar bagaimanapun biaya ke fisioterapis itu tidak murah,” pungkasnya. (egi).