Perbedaan pilihan di tahun politik seperti sekarang ini, banyak mengundang kalimat tak sedap, kurang mendidik, dijejali pekik-pekik riuh memekakkan bathin. Dalam dunia virtual teramat sesak menemukan kalimat saling menistakan pilihan, mendiskreditkan calon yang lain, tanpa ampun. Menabrak etika dan kepantasan.
Negeri yang diajarkan banyak pilihan kata yang arif dan bijaksana, di tahun politik ini seakan lenyap ditelan bumi. Tergantikan kalimat brutal, penuh sinis dan kebencian yang tiada tara. Dihempaskan pada pilihan politik yang begitu emosional. Tidak lagi mencari kebenaran, tetapi mencari affirmasi, konfirmasi dan dukungan terhadap keyakinan yang dimiliki, rasa atau emosi lebih dominan dibanding fakta. Kenyataan ini, orang menyebutnya era “Post truth”. Serangan Post truth di tahun politik ini telah merobek kebenaran dengan cara emosi,opini serta wacana personal demikian membumbung tinggi, mengangkasa, tak terkendali. Kebenaran hanya milik calon yang mereka dukung, tak ada ruang bagi calon lain selain kebencian dan sumpah serapah. Dan Algoritma dari media sosial menjadikannya lebih dahsyat. Emosi lebih penting ketimbang fakta dan data. Share konten (Content sharing) dengan penuh kebencian begitu sesak, menghempas bahasa cinta, tutur bahasa yang baik dan saling menghargai perbedaan.
Bukankah kekerasan dalam demokrasi elektoral, sering kali dipicu oleh kebencian (hate speech) yang dibiarkan berkelindan. Dan kebencian berlebihan menyurutkan semangat kebersamaan, dan melumpuhkan persatuan. Demokrasi elektoral ditawarkan sebagai agency dalam menjaga keberlangsungan kehidupan berbangsa bernegara menjadi kehilangan makna. Makna kemanusiaan yang menghargai perbedaan, dan memberi arti bagi kehidupan manusia.
Perilaku Mencintai
Perilaku mencintai akan melahirkan tutur kata yang baik. Tak mudah menebar berita bohong (hoax), menghina dan mencaci maki. Cinta memberi kehangatan dan kasih sayang. “ Cinta adalah kehidupan. Dan bila anda kehilangan cinta, berarti anda kehilangan kehidupan” begitu Leo Buscaglia, profesor yang terkenal dengan teori Love A1. Dan John C.Maxwell menyebut, “Tanpa cinta kasih, tidak ada hubungan, tidak ada masa depan dan tidak ada kesuksesan bersama”. Dr. Karl Menninger seorang Psikiater melanjutkan bahwa “Cinta adalah solusi bagi banyak masalah di dunia. Namun kenyataannya, cinta itu suatu resep yang sering diberikan, tapi jarang digunakan”. Negeri ini bisa damai, bisa bersaing dan maju bila ada cinta sesama anak negeri. Dalam perbedaan politik jangan sampai kita kehilangan ‘cinta’. Euripedes menyebut “Cinta adalah hal besar yang kita miliki, satu-satunya cara di mana satu sama lain bisa saling tolong menolong, saling menghargai”. Cinta adalah nikmat kebaikan. Tumbuh karena ada rasa kebersamaan dan persaudaraan, yang diliputi semangat saling membantu dan mengingatkan, bukan sebaliknya. Dan cinta itu tak akan pernah habis bila dituangkan secara rutin dengan sesama, meski berbeda pilihan politik.
Plato lalu menyebut “Cinta adalah nikmat kebaikan, indahnya kebijaksanaan dan buah keajaiban dari Tuhan”, itu sebab nasihat Tiongkok kuno perlu menjadi pengingat bagi kita bahwa “Cintailah yang dibumi agar dicintai yang di langit”. Dan semua dari kita adalah ciptaan-Nya, itu sebab kita harus merawat cinta itu. Sekecil apapun cinta itu yang kita miliki akan sangat bermakna bagi negeri ini, karena cinta dan persaudaraan adalah harta yang paling berharga yang kita miliki. Negeri ini butuh banyak mata air keteladanan, yang mampu menyalami nilai-nilai cinta itu, baik lewat tutur dan perilaku yang baik. Cukup dengan senyum, tegur sapa dan tutur kata yang santun, dengan niat tulus untuk tidak mencela sesama, cinta akan terwujud. “Tidak semua orang mampu melakukan hal-hal besar. Namun semua orang mampu melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar”. Tutur Bunda Teresa.
Semoga kita tidak membiarkan cinta hilang di negeri ini, dimulai dari diri sendiri, bagikan cinta itu lewat tutur kata yang baik, karena mencinta adalah energi positif yang akan mendamaikan. “Tantangannya adalah bukan seberapa banyak kita memberi, melainkan berapa banyak cinta yang kita sampaikan saat memberi”.
Di tahun politik ini cara baik untuk introspeksi, untuk lebih menata diri. Terus beristigfar jangan terlalu berlebihan mencelah dan berbagi kejelekan yang lain. Mari jadikan tutur kata yang baik sebagai pagar kehidupan. Diriwayatkan oleh HR.Tabarani, Rasul Muhammad Saw. menuturkan ”Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik”. Olehnya jangan menyebar fitnah, menyebar berita hoaks dan menyebar kebencian berlebihan, agar kita diampuni. Jadikan hidup ini dipenuhi cinta...(Dr.H. Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)