PALU-Dalam rangka mengenang peristiwa Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) 2018, Sekolah Sukma Bangsa Sigi mengadakan seminar yang bertema Menguak Sejarah Geologi Sulawesi Tengah Melalui Peringatan Gempa, Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi 2018.
Kegiatan tersebut berlangsung di Lobi Gedung Rektorat Sekolah Sukma Bangsa Sigi pada Sabtu (30/10) dengan menghadirkan pembicara Dr.Widiastuti dan Amelia Novarita, dosen pendidikan Geografi FKIP Universitas Tadulako (UNTAD).
Dalam pemaparannya, kedua pemateri menjelaskan berdasarkan penelitian posisi Geografis dan Geologis, ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menguntungkan dengan tanah yang subur dan berbagai sumber daya alam, sedangkan di sisi lainnya merugikan karena sering menimbulkan bencana Klimatologis dan Geologis yang tidak dapat dihindari.
Sementara dari segi Geologi, Indonesia khususnya Sulawesi terletak pada pertemuan 3 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan Sulawesi Tenggah berada pada daerah cincin api serta rawan gempa. Mereka juga menjelaskan posisi Sesar Palu Koro yang melewati Sulawesi Tengah sebagai pemicu gempa pada 28 September 2018 silam.
Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WITA itu merupakan rangkaian dari kegiatan sebelumnya, yakni pada 27 September 2023, berupa simulasi evakuasi bencana bagi seluruh warga Sekolah Sukma Bangsa Sigi, yang diawali dengan membunyikan sirene tanda bahaya.
Ketua Panitia Pelaksana, Meldawati, Guru Fisika sekaligus Wakasek Kurikulum SMA, dalam sambutannya menyebut kegiatan tersebut dilakukan bukan hanya untuk memperingati bahwa 5 tahun silam pernah terjadi bencana besar di Sulawesi Tengah, namun kegiatan juga dilakukan sebagai refleksi atas kejadian 28 September 2018 silam.
“Sehingga sebagai generasi muda yang terdidik, dan juga selaku masyarakat kita lebih peduli dan cepat tanggap akan bencana. Apalagi kita memang berada di wilayah yang rentan terjadi bencana karena melewati sesar,” ujar Meldawati.
Ia berharap dengan mengikuti itu, siswa bukan hanya peduli, namun juga dapat menjadi duta di masyarakat nantinya tentang bagaimana pentingnya memiliki pengetahuan tentang kebencanaan. Melalui acara itu siswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang mitigasi bencana.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk dapat memahami literasi bencana, khususnya bagi warga Sulawesi Tengah. Melalui pendidikan, khususnya pendidikan Geografi diharapkan masyarakat dapat menghadapi tantangan bencana dengan lebih baik.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan diantaranya meningkatkan kesadaran masyarakat akan resiko bencana, membangun infrastruktur yang tahan bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
Dipenghujung acara diadakan sesi tanya jawab untuk memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Pada umumnya siswa bertanya tentang penyebab gempa dan likuifaksi terjadi. Pada acara ini kedua pemateri juga mengenalkan prodi pendidikan Geografi Untad beserta penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan selama ini khususnya untuk meningkatkan literasi bencana dan mitigasi bencana.(sam)