PALU –Sekilas, menjadi juru parkir adalah pekerjaan yang paling mudah dan menguntungkan. Yah. cukup bermodalkan sempritan dan rompi, seseorang bisa berprofesi sebagai juru parkir. Tak ada persyaratan batasan usia atau pendidikan, semua bisa. Tak heran, profesi ini banyak dilakoni orang-orang yang tinggal di perkotaan.
Meski mudah, ternyata menjadi tukang parkir juga punya resiko dan tanggung jawab besar. Terutama dalam hal keamanan kendaraan. Juru parkir yang lengah bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Di sisi lain, tukang parkir juga kerap mendapat kritikan dari masyarakat pemilik kendaraan. Pasalnya tukang parkir kadang muncul di lokasi yang semestinya tak harus dijaga tukang parkir. Tak heran, pengendara pun tak bersedia memberikan bayaran.
Kundo (35 tahun), seorang juru parkir di Pasar Tradisional Inpres Manonda misalnya, yang telah bergelut menjadi Jukir selama kurang lebih 5 (lima) tahun mengaku mendapati orang yang enggan membayarkan retribusi parkirnya, namun kata dia, ia tetap mengikhlaskannya. “Kadang orang tidak ba bayar, tapi kita ikhlas, saya tidak paksa orang ba bayar, kalau tidak ada ya Alhamdulillah juga” terangnya saat dikonfirmasi MediaSulawesi.id Rabu, (22/3/2023) siang.
Ia mengaku lelah dan tak tau apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kesadaran setiap orang akan retribusi parkir tersebut. Namun, ia tetap bersyukur karena dari pekerjaannya itu bisa menghidupi keluarganya. Ia tetap menjalani pekerjaan itu dengan sabar (SCW).
Untuk diketahui, hasil perolehan Jukir tak seperti yang kita bayangkan, beber Kundo, untuk mendapatkan kisaran Rp180an saja perlu bekerja satu hari full. “Kalau pendapatan satu hari poll ya Rp180, tergantung orang ba bayar ada juga tidak,” bebernya.(SCW)