PALU – Persoalan ketersediaan sumber air bersih di Hunian Tetap (Huntap) kini tengah menjadi persoalan serius yang dihadapi masyarakat. Pasalnya, kerap warga penghuni Huntap memberikan aduan-aduannya terkait ketersediaan air bersih yang mana merupakan kebutuhan dasar yang sangat krusial ini. Huntap Balaroa misalnya, yang mana hingga kini ketersediaan air bersih tak juga kunjung datang.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Presley Tampubolon saat dikonfirmasi awak media membenarkan bahwa persoalan yang dihadapi oleh warga Huntap Balaroa adalah persoalan ketersediaan sumber air bersih. Ditambah lagi, Kata dia, sumber air harapan dari hulu masih pun menjadi permasalahan, misalnya adanya keberatan warga Sigi atas penyaluran air tersebut dikarenakan beberapa sebab. “Selama ini yang digunakan sumber air adalah dari hulu, sementara hulu itukan sudah wilayah Sigi, dan masyarakat Sigi juga sedikit keberatan atas sumber air yang mereka harus berikan kepada pemkot, artinya di wilayah Balaroa,” bebernya kepada MediaSulawesi.id, Senin (20/3/2023) pagi.
Menurutnya, persoalan tersebutlah yang kemudian perlu adanya pendekatan-pendekatan oleh Pemerintah Kota Palu serta dinas terkait. Kata dia, letak geografis Wilayah Huntap Balaroa yang berada di lembah menjadikan perlu adanya koordinasi dengan Pemerintah yang memiliki sumber air di wilayah hulu atau pegunungan. “Inilah yang mungkin harus dilakukan pendekatan, baik disisi Pemerintah Kota Palu dari dinas terkait kepada masyarakat, atau Pemerintah yang ada di daerah hulu, karena sumber air itu di gunung, sementara kita di lembah,” tandasnya.
Lebih lanjut, Presley mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan dinas PU soal akan dilakukannya pengeboran sumber air, namun sangat disayangkan, pasalnya lapisan tanah daerah Balaroa penuh dengan bebatuan, hingga menyulitkan untuk proses pengeboran. “Sudah saya bicarakan kepada Dinas PU, apakah akan dilakukan pengeboran, cuman masalahnya adalah lapisan tanah di daerah Balaroa itu penuh dengan batu-batu gajah, nah ini yang menjadi persoalan,” tambahnya.
Namun, walau demikian, sebagai alternatif lain, Pemerintah Kota Palu kini tengah mengupayakan untuk mengadakan sumber air yang berasal dari kelurahan Duyu dengan mengadakan lintas pipa air melalui penyeberangan, hanya saja, perlu dilakukan koordinasi terkait tanah perlintasan pipa tersebut kepada warga pemilik tanah. “Cuma ini melalui jarak yang relatif panjang, kemudian melintasi tanah-tanah milik warga, nah ini harus dihimpun dulu, sehingga masyarakat ini bisa memberikan lahannya menjadi daerah perlintasan pipa-pipa nanti kedepan,” bebernya.
Sedianya, Pemerintah Kota Palu pun telah melakukan beberapa upaya penyaluran air bersih kepada warga Huntap Balaroa tersebut, misalnya dengan suplay air menggunakan mobil tangki air dan pemadam kebakaran. Akan tetapi, lanjutnya, itu tak bisa menjadi solusi permanen mengingat eksploitasi bahan bakar yang juga sangat besar. “Tetapi yang menjadi persoalan sampai berapa lama ini harus kita lakukan, dengan eksploitasi bahan bakar yang sangat besar juga, tetapi nggak menyelesaikan persoalan,” jelasnya.
Ia pun berharap, dalam mengatasi persoalan ketersediaan air tersebut yang tepat adalah dengan pengadaan sumber air yang permanen dengan melalui pipanisasi, sehingga mampu mencukupi kebutuhan air bagi warga. “Harapan kita yang terbaik adalah membuat permanen sumber-sumber air tadi, yang bisa dilakukan pipanisasi dan mencukupi bagi semua warga,” harapnya.
Lebih lanjut, atas persoalan tersebut, ia menjanjikan akan terus berupaya melakukan komunikasi yang intens kepada dinas-dinas terkait, misalnya PU, Perkim, maupun dinas-dinas penyedia air lainnya. “Kita akan usahakan komunikasi lagi nanti ya, dengan pihak PU, Perkim, maupun dinas-dinas yang menyediakan air nanti untuk masyarakat,” pungkasnya.(SCW)