Senin kemarin (19/9/2022), saya hadir menjadi bagian dari kuliah umum di Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu. Kegiatan kuliah umum adalah istilah umum dalam dunia pendidikan, utamanya perguruan tinggi, yang merujuk kepada penyampaian suatu materi yang dapat dihadiri oleh mahasiswa berbagai jurusan dan program studi. Orang-orang yang menyampaikan kuliah umum dapat dari insan pengusaha, ahli, ilmuwan, guru besar, penemu dan pejabat pemerintah, maupun pejabat negara, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dan kegiatan kuliah umum Unisa, dilaksanakan dalam rangkaian pengukuhan mahasiswa baru tahun akademik 2022/2023, menghadirkan pemateri Bupati Sigi Mohamad Irwan S.Sos, M.Si.
Dihadapan kami (mahasiswa dan dosen Unisa), Pak Irwan, bupati Sigi dua periode itu memaparkan tema tentang kesiapan daerah dalam pengembangan sumber daya manusia dalam menyongsong ibu kota negara baru, di Kaltim. Pemaparan materi disampaikan secara lugas dan berbasis data, memberi banyak informasi tentang apa saja yang telah beliau kerjakan bagi masyarakat dan kemajuan kabupaten sigi. Dan tulisan ini tidak bermaksud mengulas secara keseluruhan materi kuliah umum beliau, namun hanya memberi catatan dalam tiga hal saja.
Pertama, Soal kebijakan belanja pegawai. Menarik bagi saya, karena dari pengetakkan belanja minum makan pegawai negeri di Sigi, menurut beliau bisa menghemat hingga 30 milyar. Anggaran itu telah digunakan pada kegiatan yang lebih produktif, ke pembangunan infrastruktur yang memberikan efek lebih besar terhadap masyarakat di Sigi. Dalam rentang masa jabatan beliau, yang telah masuk periode kedua, bisa menekan belanja rutin ASN itu 15 hingga 20 persen. Pengetakan APBD pada belanja rutin ASN itu, menurut hemat saya, tidak populer dilakukan banyak pemimpin daerah, karena keputusan seperti penuh resiko. “Saya paham, itu akan menimbulkan resistensi, APBD Sigi tidak besar, 1,25 T, untuk kepentingan masyarakat Sigi, saya berani mengambil resiko itu, anggaran itu harus dijaga agar memberikan efek lebih besar terhadap masyarakat” tegas Pak bupati.
Kedua, soal pemberdayaan masyarakat lewat daya saing daerah. Peningkatan kualitas produk, khususnya peternakan sapi, bawang merah dan kopi Sigi menjadi andalan, hasil dari pemetaan potensi daerah, guna meningkatkan daya saing produk kabupaten Sigi. Peningkatan dilakukan tidak hanya dengan bantuan infrastruktur ekonomi, namun juga peningkatan manajemen pengelolaan produk yang efektif, serta peningkatan sumber daya manusianya. Fasilitasi dan pembinaan dalam meningkatkan produk daya saing daerah terus dilakukan oleh OPD terkait dengan melibatkan perguruan tinggi. Peningkatan daya saing produk daerah menjadi produk unggulan daerah seperti kopi Sigi dan bawang merah yang disampaikan pak bupati, menjadi conre competence yang menjadi pembeda dengan daerah lain. Dan itu menurut hemat saya perlu diapresiasi
Ketiga, soal proporsi peruntukan wilayah Kabupaten Sigi. Saya ikut menanggapi soal lingkungan dan bagaimana pemda Sigi harusnya menjaga kawasan hutan baik berupa kawasan hutan produksi, hutan lindung, maupun taman nasional. “Sebelum saya menjadi pimpinan daerah, fenomena keagrariaan sudah tergambar dan ada. Kawasan hutan di Sigi ini hampir 75 persen adalah kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung dan perhutanan sosial. Kita lihat betapa luar biasa luasnya hutan ini dan begitu besar penguasaan negara atas hutan tersebut,” ujar pak bupati Irwan. Menurut hemat saya menjadi bupati di Sigi tidak mudah, melihat begitu besar penguasaan negara atas hutan di daerah itu, di Kabupaten Sigi sendiri terdapat kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) seluas 2.180 km2 yang ditetapkan sejak tahun 1993 silam. Kabupaten Sigi terdiri 15 kecamatan dan 176 desa. Sekitar 75% wilayah Sigi merupakan kawasan hutan yang di dalamnya ada hutan adat, hutan masyarakat dan lain-lain termasuk hutan konservasi. Sisanya 25% merupakan kawasan budidaya seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan usaha kecil menengah. Hampir 81% desa berada di dalam kawasan hutan baik itu di hutan lindung atau konservasi.
Akhir kalam, pada akhir pernyataan saya, saat sesi tanya jawab kuliah umum itu, bahwa institusi pendidikan tinggi harus menjadi tempat yang baik untuk menguji program kerja dan rekam jejak seorang pemimpin (kepala daerah), menguji karakter kepemimpinan dan terpenting rekam jejak kerja selama menjadi pemimpin. Dan institusi pendidikan tinggi mempunyai peran penting pula bukan hanya mempersiapkan, namun juga mengawal dan membantu pemimpin yang memiliki karakter kuat untuk melanjutkan kiprahnya memimpin dalam skop lebih luas bila memiliki kemampuan karakter untuk itu. Karakter pemimpin itu dapat dimaknai sebagi lukisan jiwa, yang menjadi dasar kepribadian yang terkait dengan moral, integritas dan ketegaran pada prinsip hidup yang diyakini kebenarannya.(Dr.H. Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu