Dosen UNG Kembangkan Teknologi Pasang Surut Air Laut di Desa Muara Bone

  • Whatsapp
Tim peneliti dari Universitas Negeri Gorontalo sedang mengembangkan teknologi pasang surut air Laut di Desa Muara Bone, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango.(ist)

GORONTALO – Universitas Negeri Gorontalo (UNG) kembali menegaskan kiprahnya dalam mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan teknologi tepat guna. Kali ini, tim dosen UNG menghadirkan alat pemantau pasang surut air laut berbasis Internet of Things (IoT) yang berfungsi meberikan informasi pasang surut air laut secara realtime. Alat ini dirancang khusus untuk memudahkan nelayan Desa Muara Bone, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango, dalam menentukan waktu terbaik untuk melaut. Teknologi ini dapat diakses langsung hanya melalui smartphone, sehingga lebih praktis digunakan di era digital.

Program ini merupakan bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek) tahun anggaran 2025. Kegiatan ini diketuai oleh Ir. Rahmad Hidayat Dongka, S.Pd., M.Pd. dari Prodi Teknik Elektro, dengan anggota tim yaitu Idham Halid Lahay, S.T., M.Sc. dari Prodi Teknik Industri, Andi Maga Umara, S.Pd., M.Pd. dari Prodi Pendidikan Teknik Mesin, serta mahasiswa lintas prodi yang ikut berkolaborasi.

Sejak Juni 2025, tim melaksanakan program secara bertahap, dimulai dari observasi kondisi lapangan, diskusi dengan pemerintah desa dan kelompok nelayan, hingga proses perancangan dan uji coba alat. Pada 18 Agustus 2025, perangkat pemantau pasang surut berhasil dipasang di lokasi pesisir Muara Bone dan terbukti berfungsi dengan baik. Namun, dari hasil evaluasi ditemukan bahwa sebagian warga masih kesulitan menggunakan aplikasi khusus yang awalnya menjadi media utama untuk membaca data pasang surut air laut.

Menanggapi hal tersebut, tim PkM UNG melakukan inovasi lanjutan agar teknologi ini lebih mudah dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kini, alat tersebut dapat diakses melalui chat Telegram. Nelayan cukup mengetikkan perintah sederhana, dan sistem secara otomatis membalas dengan informasi terkini mengenai ketinggian air laut. Perubahan ini terbukti lebih ramah pengguna karena mayoritas warga sudah akrab dengan aplikasi pesan instan tersebut.

Ketua Tim PkM, Ir. Rahmad Hidayat Dongka, S.Pd., M.Pd., menjelaskan bahwa integrasi ini bertujuan agar teknologi lebih mudah dipahami dan digunakan masyarakat. “Kami ingin menghadirkan teknologi yang tidak hanya berfungsi, tetapi juga benar-benar bisa dimanfaatkan oleh semua nelayan. Dengan Telegram, cukup mengetikkan chat tertentu, sistem langsung membalas informasi real time mengenai ketinggian air laut. Cara ini lebih praktis dan lebih diterima masyarakat, ungkapnya.

Selain fokus pada pemasangan alat, tim PkM juga melaksanakan berbagai pelatihan pendukung. Nelayan diberi pelatihan perawatan dan penggunaan alat agar mampu secara mandiri merawat teknologi ini, sehingga keberlanjutannya tetap terjaga meski program selesai. Tidak hanya itu, tim juga memberikan pelatihan strategi pemasaran digital. Melalui kegiatan ini, para nelayan diperkenalkan pada cara-cara memasarkan hasil tangkapan melalui media sosial dan platform digital, sehingga produk mereka dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan bernilai tambah.

Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Desa Muara Bone, Hasan Ana, menyampaikan rasa syukur sekaligus apresiasinya kepada UNG atas dukungan nyata yang diberikan. “Kelompok nelayan kami dulu sempat vakum karena banyak kendala, mulai dari sulitnya menentukan waktu melaut hingga kesulitan menjual hasil tangkapan. Kehadiran alat ini benar-benar membantu. Sekarang kami bisa mengetahui pasang surut laut hanya lewat ponsel, dan dengan pelatihan digital yang diberikan, kami mulai belajar memasarkan ikan secara online. Alhamdulillah aktivitas kami kembali hidup,” tuturnya.(key)

Pos terkait