PALU – Universitas Tadulako (Untad) Palu kali ini menjadi tuan rumah pembukaan Simposium Nasional Akuntansi XXVIII (SNA) sekaligus International Conference for Accounting Educators (ICAE).Pembukaan berlangsung di Auditorium Untad, dan dihadiri oleh akademisi, praktisi akuntansi, serta pejabat pemerintah daerah dan nasional, Rabu (10/9) pagi.
Simposium ini merupakan forum tahunan kompartemen Akuntan Pendidik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI-KAPd), yang sejak tahun 1997 terus menjadi wadah penting dalam mengembangkan kualitas pendidikan akuntansi di Indonesia .
Tema utama tahun ini, “Accounting for Sustainability: The Role of Accountants in Achieving SDGs and Mitigating Climate Physical Risks”, mencerminkan kebutuhan mendesak untuk menyelaraskan fungsi pendidikan akuntansi dengan tantangan keberlanjutan global .
Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Amar, menyampaikan bahwa sekitar 400 hadirin hadir di pembukaan. “Kurang lebih 400 yang hadir, merupakan suatu kebanggaan tentunya bagi pelaksanaan SNA yang diselenggarakan di Untad.”
Ia turut menekankan pentingnya ketersediaan fasilitas. “Gedung ini baru digunakan 2 tahun terakhir, karena memang kondisi gempa yang memerlukan waktu untuk kita benahi.”
Ia juga menyoroti dukungan lembaga, termasuk forkopimda dan universitas sejawat, atas berlangsungnya kegiatan tersebut .
Simposium ini menandai titik penting dalam memajukan pendidikan akuntansi menuju orientasi keberlanjutan. Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Dr. Ardan Adiperdana, menyebut acara ini sebagai pencapaian strategis kompartemen, karena menurutnya, mampu menunjukkan perjalanan panjang untuk meningkatkan mutu pendidikan akuntansi di tanah air.
Ia juga menegaskan bahwa forum bidang studi memperkuat jaringan keilmuan dan menyelaraskan arah penelitian akuntansi . Dr. Ardan menyoroti relevansi tema terhadap kondisi Indonesia, sebagai negara kepulauan yang rentan terhadap perubahan iklim.
Sulawesi Tengah berada di “cincin api” yang kaya sumber daya dan juga rawan risiko lingkungan. Akuntan memiliki peran krusial dalam mengintegrasikan informasi keuangan untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Ia menyatakan, bahwa proses akuntansi harus selalu relevan dengan kebutuhan bangsa dan tuntutan global. “Kurikulum akuntansai perlu diperkuat dengan materi pelaporan berkelanjutan dan teknologi digital agar siap menuju transisi ekonomi hijau” tambahnya.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Renny A. Lamadjido, menggarisbawahi bahwa acara ini bukan semata forum, melainkan ruang kolaborasi di tengah perubahan global. Menurutnya, tema sangat relevan dengan tantangan global yang tengah dihadapi bersama. Menurutnya akuntansi kini bahkan bukan sekedar finansial, namun juga soal manajemen risiko.
“Akuntansi sekarang bukan hanya bercerita tentang finance, tapi juga tentang risk,” ujarnya, merefleksikan kebutuhan perluasan fungsi akuntansi ke area strategis ekonomi dan publik.
Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Dr. Akhsanul Khaq, menyoroti pentingnya akuntan merespons keberlanjutan. “Ini menunjukkan kepedulian dari akuntan terhadap sustainability development goals.” tuturnya.
Ia melihat tantangan utama di antaranya metodologi, keterbatasan data, resistensi perubahan, disrupsi teknologi, dan penerapan standar akuntansi (SAK). Ia juga menekankan pentingnya integritas, independensi, dan profesionalisme dalam mendukung akuntabilitas dan keberlanjutan .
Menurut laporan panitia, SNA XXVIII akan digelar selama tiga hari, 10–12 September 2025, dengan format diskusi panel dan kegiatan lapangan seperti wisata kuliner dan destinasi lokal. Ini menyiratkan pendekatan yang menyatukan keilmuan dan promosi ekonomi lokal, melalui pengalaman langsung para peserta.(SCW)