PEMIMPIN BARU, HARAPAN BARU UNTUK PENDIDIKAN GORONTALO

  • Whatsapp
Mohamad Riyandi Badu, Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo (ist)

Rendahnya akses pendidikan Gorontalo masih menjadi pr besar pemerintah, angka-angka menunjukkan bahwa pendidikan Gorontalo tidak mengalami tanda-tanda perubahan bahkan perbaikan. Kita menempati provinsi terendah ketiga dari segi akses pendidikan se-Indonesia. Selain itu, capaian pendidikan kelompok umur kuliah 19-23 tahun hanya sebesar 35.50%.

Tentu saja statistik tersebut berpengaruh terhadap faktor lain yaitu Indikator Pembangunan Manusia atau biasa disebut Human Development Index yang saat ini Gorontalo menduduki 5 terbawah di Indonesia. Masa depan anak muda Gorontalo akan sangat bergantung terhadap intervensi pemerintah terhadap keadaan saat ini, khususnya pada bidang pendidikan. Dengan akses pendidikan yang memadai, Gorontalo dapat meningkatkan daya saing daerah.

Ada dua persoalan besar yang perlu sekiranya menjadi perhatian pemangku kebijakan untuk menanggulangi rendah akses pendidikan Gorontalo. Berdasarkan pengertiannya, aksesibilitas pendidikan ialah kemudahan yang diberikan kepada setiap warga masyarakat untuk menggunakan kesempatannya dalam memasuki suatu program pendidikan. Beberapa faktor yang berperan dalam akses tersebut terbagi menjadi, daerah tempat tinggal apakah perkotaan atau perdesaan, kondisi keluarga (baik dari segi ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, usia perkawinan, jumlah anggota keluarga) dan terakhir jarak yang ditempuh. Setidaknya ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, yaitu kondisi ekonomi serta infrastruktur.

Pertama berkaitan dengan ekonomi, kemudian yang kedua adalah infrastruktur. Kita akan mendapati obrolan sehari-hari bahwa biaya pendidikan semakin lama semakin tidak masuk akal. Ini terjadi disemua tingkatan, baik dari taman kanak kanak bahkan hingga perguruan tinggi. Herannya, yang mengeluh bukan mereka yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian/perikanan, akan tetapi mereka yang bekerja sebagai PNS juga ikut merasakan biaya pendidikan yang semakin tinggi.

Perhatian kedua yaitu pada infrastruktur, tidak meratanya infrastruktur tersebut berpengaruh terhadap akses pendidikan. Kita tidak memiliki persoalan terhadap ketercapaian akses pendidikan di kota Gorontalo, karena berdasarkan data yang ada kota Gorontalo mendapatkan capaian tertinggi dibandingkan daerah yang lain. Akan tetapi disatu sisi, seluruh kabupaten Gorontalo masih rendah capaiannya, yang tertinggi mendekati 40% yaitu Bone Bolango. Faktor jarak serta kurangnya kampus di daerah kabupaten disinyalir dapat berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pendidikan selain kota Gorontalo.

Kita telah melaksanakan pemilu dan telah terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota serta Bupati dan Wakil Bupati. Ditangan merekalah harapan baru akan perbaikan kondisi pendidikan Gorontalo. Semoga pemimpin-pemimpin yang terpilih mampu memprioritaskan program-program yang berdampak terhadap pendidikan, khususnya peningkatan terhadap akses pendidikan.(Mohamad Riyandi Badu, Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo)

Pos terkait