Sabtu di pagi hari (21/5/2022), sengaja saya mengundang beberapa keluarga bersilaturahmi, masih suasana bulan Syawal, baru sempat, karena mudik, menikmati nasi kuning dan telur bebek yang saya bawah dari mudik. Tulisan inipun terinsipirasi dari pertemuan keluarga itu, bagaimana saling membantu dan menolong sesama, terlebih dalam satu rumpun keluarga. “Tidak semua kita punya kondisi yang sama, kita dilebihkan dari sebagian yang lain, agar bisa saling membantu, saling menolong” begitu kakak saya tertua mengingatkan pagi itu.
Kalimat itu demikian membekas, menginsprasi dan selaras pagi itu sehabis sholat subuh saya membaca Qur’an Surah Az-Zukhruf Ayat 32, yang memiliki makna tak jauh berbeda yang kami diskusikan pagi itu, “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. Sayapun menyimak tafsir dari surah tersebut yang di dalamnya menjelaskan penolakan terhadap keinginan orang-orang musyrik yang tak mau menerima pengangkatan Muhammad saw sebagai rasul, seakan-akan merekalah yang paling berhak dan berwenang membagi-bagi dan menentukan siapa yang pantas menerima Rahmat Tuhan. Allah Swt menyatakan, “Sekali-kali tidaklah demikian halnya, Kamilah yang berhak dan berwenang mengatur dan menentukan penghidupan hamba dalam kehidupan dunia. Kami-lah yang melebihkan sebagian hamba atas sebagian yang lain; ada yang kaya dan ada yang lemah, ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang maju dan ada yang terbelakang, untuk saling membantu dan menolong, karena apabila Kami menyamakan di antara hamba di dalam hal-hal tersebut di atas, maka akan terjadi persaingan di antara mereka, atau tidak terjadi situasi saling bantu-membantu antara satu dengan yang lain, dan tidak akan terjadi saling memanfaatkan antara satu dengan yang lain, sebaliknya mereka saling mengejek. Semuanya itu akan membawa kepada kehancuran dan kerusakan dunia. Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Rahmat Allah dan keutamaan yang diberikan kepada orang yang telah ditakdirkan memangku jabatan kenabian dan mengikuti petunjuk wahyu dalam Al-Qur’an yang telah diturunkan, jauh lebih baik dan mulia daripada kemewahan dan kekayaan dunia yang ditimbun mereka. Demikian dikarenakan dunia dengan segala kekayaannya itu berada di tepi jurang yang akan runtuh dan akan lenyap tidak berbekas sedikit pun.
Dalam tulisan ini saya lebih ingin menegaskan bahwa Allah Swt telah meninggikan kita sebagian dari yang lain beberapa derajat, agar kita dapat saling membantu, saling menolong. Kesadaran kolektif ini menjadi penting, dan mengingatkan bahwa kelebihan yang terberikan adalah pemberian-Nya,Rahmat-Nya. Ketinggian beberapa derajat, karena harta, kekuasaan dan ilmu itu dimaksudkan agar kita dapat saling berbagi, saling membantu, saling menolong dan bukan sebaliknya untuk menyombongkan diri dan egois, mementingkan diri sendiri.
Dan perilaku baik, menolong sesama, yang menjadi topik “diskursus” keluarga pagi itu, mewujud bagaimana untuk saling mencintai, saling membantu dalam rumpun keluarga serta mewujudkan atmosfer yang penuh cinta kasih. Euripedes menyebut “ Cinta adalah hal besar yang kita miliki, satu-satunya cara di mana satu sama lain bisa saling tolong menolong”. Cinta adalah nikmat kebaikan. Tumbuh karena ada rasa kebersamaan dan persaudaraan, yang diliputi semangat saling membantu dan mengingatkan. Dan cinta itu tak akan pernah habis bila dituangkan secara rutin dengan sesama, terlebih kepada keluarga. Papatah lawas yang pernah saya dengar bahwa “Kata terindah kedua setelah mencintai adalah kata menolong”. Tolong menolong merupakan sikap saling membantu untuk meringankan kesulitan yang dirasakan orang lain. Semoga perilaku baik itu selalu bersemayam dalam diri, dan terus berkembang di sekitar kita dan menjadi “kebiasaan” baik di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dan diskusi keluarga pagi itupun kami akhiri, tidak sekedar cipika cipiki, namun ada antuisme yang tinggi untuk lebih menebar cinta dan kebaikan serta menyadari akan peringatan Tuhan, Allah Swt bahwa “Kamilah yang membagikan rahmat di antara kalian dan Kami pula-lah yang menentukan penghidupan kalian dalam kehidupan dunia sesuai dengan ketentuan dan hukum-hukum yang telah Kami tetapkan. Dan Kami telah meninggikan sebagian dari kalian dalam kedudukan, harta, ilmu, dan jabatan atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian dari kalian dapat memanfaatkan sebagian yang lain sehingga kalian dapat saling membantu dan menolong dalam pemenuhan kebutuhan hidup”. Semoga tulisan ini menjadi ikhtibar, terlebih bagi saya pribadi untuk mewujudkan kemuliaan itu. Tabe, berkah selalu.(Dr. H. Kasman Jaya Saad, M.Si, Dosen Universitas Alkhairaat Palu)